Selalu aja keajadian berulang. Dan baru disadari setelahnya. Jadi bikin rasa sakit dan penyesalan yang lebih.
Setiap kali pulang ke rumah ibuku, terkadang kita belanja untuk keperluan sehari-hariku di
Ketika aku masuk ke supermarket, tak membawa pikiran apa-apa selain ingin membeli hal-hal yang kubutuhkan dan kuinginkan. Dengan enaknya, dengan riangnya, aku memasukan barang satu persatu ke dalam keranjang. Bayar di kasir. Selesai.
Tapi apa yang kualami setelahnya tidak semenyenangkan sebelumnya. Saat keluar dari supermarket dengan kedua tangan penuh tas belanjaan, aku sakit hati. Sejak langkah pertama keluar dari
Berjalan diantara orang-orang itu, aku malu. Dengan belanjaan seharga uang makan yang mungkin bisa mereka gunakan selama sebulan. Dan, setiap langkah kali aku lewatkan dengan rasa sakit hati yang semakin melebih.
Roti, biskuit, buah-buahan dan cokelat, semua buat mulutku sendiri. Tapi orang-orang itu sedang berkeras untuk memenuhi mulut keluarganya. Tak bisakah aku membeli yang benar-benar mendesak dan paling kubutuhkan saja? Ketika di dalam supermarket
Aku bersyukur bahwa masih bisa dicukupi kebutuhannya. Tapi rasa ini selalu secepat kilat dikalahkan oleh rasa sakit hati dan penyesalan yang melebih.
Tapi aku tak ubahnya seperti keledai. Tengoklah, beberapa pekan kemudian aku akan melangkah ke supermarket yang sama. Dan lagi-lagi merasakan sakit hati yang semakin melebih.
Dimana empatiku? Rasanya jadi lebih sakit hati, menyadari kalau aku selalu lupa untuk berempati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
what's ur comment?