Kamis, September 22, 2011

Gerenyem Hate

Tiba-tiba aku merasa perlu definisi ulang. Apakah yang terjadi selama seminggu ini adalah gerak refleks atau gerak yang di sadari? Aku jadi menghubung-hubungkan antara ragu dan penyesalan. Sebenarnya ini keinginanku atau kebutuhanku? Sungguh, aku bukan berpikir ulang tentangmu. Tapi aku berpikir ulang tentang diriku sendiri. Aku orang yang bisa mengurung diriku sendiri dalam sangkar, tapi bisa pula menjadi orang yang membuang sangkarnya sendiri. Tergantung apa definisi bebas bagiku di hari itu. Aku khawatir menjadi yang tak bersetia dengan rencanaku sendiri.

Kau datang di saat aku tidak ada rutinitas. Aku khawatir bahwa ketika rutinitasku kembali, kau tidak kuhadirkan lagi. Apakah aku akan tetap bisa menjadi diriku sendiri? Atau akan ada tuntutan untuk berubah? Jalan pemaknaan mana yang harus ku ambil?

Bisakah nanti kau memahamiku tanpa aku harus bicara? Bagaimana jika aku selalu menuntut tanpa memberi apapun? Bagaimana jika dalam seumur hidupmu, aku selalu bertanya?
Ini adalah sisi infantilku.

Senin, Agustus 22, 2011

Name Preparation


Perempuan :

Jasmine Zhafira Farzan = melati,beruntung, bijaksana


Jasmine Farzan Ar-Rayyaan = melati,bijaksana,pintu surga


Jasmine Zhafira Ar-Rayyaan = melati, beruntung, pintu surga


Zhafira Mehri Thamina = beruntung, baik hati, berharga


Farzana Mehri Thamina = bijaksana, baik hati, berharga


Laki-laki :


Naveed Razeen Ar-Rayyaan = berita bagus, serius,sopan, pintu surga

Fahim Farzan Ar-Rayyaan = cerdas, bijaksana, pintu surga

Aslam Naveed Ar-Rayyaan = damai, berita bagus, pintu surga


Pilih yang mana ya? bagus-bagus semua ^^

Sabtu, Agustus 20, 2011

Tamu Hati



Penghias mata
Ada mu tak menambah pasir waktu menjadi penuh
Bahkan tak kusadar hampir habis separuh
Namun entah, setiap bulirnya terasa berkilau sejak itu

Maukah kau ku undang
Untuk menetap saja di lubukku?

Atau ulurkan, ulurkanlah benang-benang
Biar bersama kita memintal
Bukan untuk menjadi jaring yang memerangkap
Tapi menjadi kain pelindung bagiku, bagimu

Ah, mata
Maaf hari ini luput kujaga
Hingga terlanjur ada tamu di beranda hati
Berbincang dengan angan, agar saja jadi penghuni

Ah, tamu hati
Pulanglah
Sebab tak tega aku menyuruh pergi

Rabu, Agustus 10, 2011

Mahar Cinta untuk Anisa : Menjejak di bekas telapak Habibburahman

Pukul 2 siang tadi, saya membeli sebuah novel. Dan pukul 5 sore, sudah saya rampungkan membaca novel yang berjudul Mahar Cinta untuk Anisa ini. Melihat judulnya, sekilasa teringat akan karya-karya nya Habibburahman El-Shirazy yang tak pernah luput menyemat kata “cinta” dalam judul novelnya. Sebut saja, Ayat-ayat cinta yang fenomenal itu, Ketika cinta Bertasbih, Dalam Mihrab cinta, Di atas Sajadah cinta, cinta Suci Zahrana, Bumi cinta, dan lupa lagi saya dengan judul-judul lainnya.



Andai saja film Ada Apa Dengan Cinta dirilis pada tahun-tahun sekarang, mungkin saya juga akan menyangka bahwa film tersebut di angkat dari salah satu novel hasil tarian pena Habibburahman. Maka rasanya wajar, kalau saya pernah bersangka bahwa novel itu adalah salah satu karya beliau. Dan ternyata bukan. Itu dari segi judul, yang bertipe serupa. Tapi mari kita lihat dari segi sinya, apakah bertipikal sama dengan novel-novel Habibburahman?

Novel yang tadi saya baca berisi tiga buah judul cerita yaitu “Kerudung Merah dari Makkah”, “Mahar Cinta untuk Anisa”, “Air Mata dan Mukena Kerinduan”.

1. Kerudung Merah dari Makkah

Di judul ini saya sangat merasakan aura Habibburahman terutama dengan Ketika Cinta Bertasbih-nya. Faris, tokoh utama disini sangat mirip dengan karakter rekaan khas Habibburahman. Sekilas mirip si Azzam lah. Dari keluarga sederhana, pekerja keras, harus membiayai sekolah adik-adiknya, berpendidikan, disukai oleh lebih dari 1 wanita, memegang teguh aturan agama, ringan tangan membantu orang, ulet menjalankan usaha dan berjiwa ikhlas (entahlah, tapi di novel ini saya merasakan kesan “di ikhlas-ikhlas kan”). Inti ceritanya pun mirip dengan Ketika Cinta Bertasbih (KCB). Tentang hal “bagaimana Allah menyiasati pertemuan hamba-hambanya untuk berjodoh” dan “kalau udah jodoh, pasti ketemu”.

Lagi-lagi saya merasakan getar-getar Ketika Cinta Bertasbih tatkala mengetahui bagaimana awal mula si Faris mengagumi sesosok wanita (yang belakangan diketahui bernama Husna), meski hanya desiran dalam hati saja. Yaitu ketika melihat kesalehan wanita ini tatkala berada di sebuah mesjid. Lha, ini mirip dengan Azzam yang langsung berdesir hatinya saat pertama kali melihat Ana Altafunisa di sebuah acara seminar. Sang Husna pun begitu. Ternyata dia telah mengagumi sosok Faris saat pertama melihatnya di kampus. Dan setelah itu, tinggalah sebuah kekaguman yang tersisa antara satu sama lain, tanpa sebuah perantara waktu yang mempertemukan mereka kembali. Sebuah kebetulankah kemiripan ini?

Hal-hal menggelitik pun saya temukan dalam sebuah percakapan (tepatnya ajang curhat) dua tokoh wanita bernama Mila dan Cherry. Dimaksudkan menjadi sebuah “girls talk”, tapi sebagai seorang wanita saya rasa kalau kebanyakan wanita sedang curhat-curhatan, tidak seperti di dalam novelet ini ceritanya,hehe..

Saya yakin penulisnya menginginkan novel ini punya nafas Islam dan memberikan penggambaran wanita-wanita anggun. Tapi ada rasa janggal ketika wanita se salehah husna yang hampir hafal 30 juz al-qur’an, menceritakan hal yang untuk seorang wanita biasa saja, itu merupakan hal yang pasti akan membuat tersipu. Dan seorang husna menceritakan kekagumannya pada seorang pria yang baru 2 atau 3 kali bertemu (atau berpapasan ya?) di depan sang prianya langsung dan disaksikan oleh beberapa orang lain, tanpa adanya selimut malu. Mmhh.., bagaimana ini?

Gaya penceritaan penulis ataupun percakapan tokoh-tokohnya disini pun terasa seperti seorang guru yang masih menggunakan kurikulum pendidikan lama tahun 1994 yang bergaya “teacher center”. Semua hal disampaikan hingga terkesan menggurui pembaca dan hampir saja ceritanya menjadi seperti buku teks fiqih atau kadang deskripsi-deskripsinya seperti kita sedang membaca berita di koran. Dan dari awal, cerita si ini sebenarnya begini, si itu sebenarnya begitu, sudah bisa ditebak.

Ada sebuah kecelakaan yang akhirnya mempertemukan para tokoh di rumah sakit. Yang nantinya akan mengantar Faris pada jodohnya dan cita-cita luhurnya untuk menunaikan ibadah haji Ke Baitullah. Cerita tentang Faris yang merelakan uang tabungan hajinya untuk membantu biaya operasi seorang jamaah masjid, tiba-tiba membuat saya merasa bahwa pada akhirnya cerita ini adalah cerita “Emak Naik Haji” berbingkai KCB.

2. Mahar Cinta untuk Anisa

Cerita yang ini sepertinya adalah “kojo” nya, sehingga dijadikan judul utama. Kisah seorang pria bernama Fajar yang ingin meminang putri Kyai, namun di beri syarat khusus sebelum nantinya direstui. Syarat khususnya adalah mabit di sebuah mesjid selama tiga hari dan selama mabit tidak boleh keluar dari mesjid. Terlihat mudah dan sederhana. Namun, akan berhasilkah ia?

Ada rasa penasaran ketika membaca yang ini, karena pembaca di bikin menebak-nebak tentang bagaimana nasib sang tokoh utama pada akhirnya. Pembaca “dipaksa” untuk mencari tahu, sehingga akan terus menelusuri isi cerita. Kalau memakai istilah kurikulum pendidikan, rasanya yang ini sudah seperti memakai Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004 dengan gaya “student center” dimana guru berfungsi sebagai fasilitator. Siswa dibiarkan mengeksplor rasa ingin tahunya dengan praktek terlebih dahulu untuk kemudian menyimpulkan pelajaran yang dapat ia ambil dari praktek tersebut.

Kesan “seorang guru yang sedang membacakan buku teks fiqih di depan kelas”, masih terasa. Namun tak sebanyak seperti di cerita Kerudung Merah dari Makkah. Judul yang kedua ini lebih enak untuk disimak. Ibrah tentang keikhlasan niat hanya karena Allah semata pun dapat terenungi.

Tapi petikan akhir di novelet ini membuat saya teringat kembali pada Habibburahman dan novelnya. Terutama pada istilah “melakukan tugas”. Rasanya pernah ada segmen ini di novel KCB atau di novel lainnya yang saya lupa judulnya.

3. Air Mata dan Mukena Kerinduan

Ketika membaca cerita yang ketiga ini, saya tidak teringat pada Habibburahman. Namun lebih teringat pada penulis novelet itu sendiri. Memang sepertinya penulis senang mengajari/menasehati orang. Dalam artian positif. Sehingga kesenangan tersebut terperantarai, tatkala penulis bercerita tentang seorang ibu yang menasehati putrinya perihal memilih suami yang baik berdasarkan pengalaman pahit manis sang ibu, dengan mengambil sudut pandang orang pertama. Mungkin cerita yang terakhir inilah yang lebih jujur menggambarkan gaya sang penulis, tanpa terlihat adanya tapak Habibburahman (ataukah tapak itu ada, hanya saja saya tidak melihatnya?).

Well, saya masih bersedia menunggu jejak-jejak lainnya dari sang penulis. Jejak di telapaknya sendiri. Benar-benar di telapak nya sendiri.

Jumat, Agustus 05, 2011

Stuck

Gerangan di manakah benang dan jarumku?
Sulit kujahit rasanya perca-perca kata ini

Minggu, Juli 17, 2011

Be Ready

Ini sebenarnya catatan-catatan dari Ramadhan tahun kemarin. Tapi masih relevan. Di ambil dari artikel-artikel, tapi lupa lagi sumbernya. Semoga dengan tidak tercantumnya sumber, tidak membuat pemilik artikel keberatan ya. Dan berharap senantiasa mengalirlah, pahala bagi penulis artikel ini. Aamiin..

Persiapan Menyambut Ramadhan Secara Maksimal :

1. Persiapan Mental
2. Persiapan Ruhiyah (spiritual)
3. Persiapan Fikriyah
4. Persiapan fisik dan materi
5. Merencanakan peningkatan prestasi ibadah (Syahrul ibadah)
6. Menjadikan Ramadhan sebagai Syahrut Taubah (bulan taubat)


10 Langkah Menyambut Ramadhan :

1. Berdo’alah agar Allah Subhanawata’ala memberikan kesempatan kepada kita untuk bertemu dengan bulan Ramadhan dalam keadaan sehat wal afiat.
2. Bersyukur dan puji Allah atas karunia Ramadhan yang kembali diberikan kepada kita.
3. Bergembiralah dengan kedatangan bulan Ramadhan.
4. Rancanglah agenda kegiatan untuk mendapatkan manfaat sebesar mungkin dari bulan Ramadhan.
5. Bertekadlah mengisi waktu-waktu Ramadhan dengan ketaatan.
6. Pelajarilah hukum-hukum semua amalan ibadah di bulan Ramadhan.
7. Sambut Ramadhan dengan tekad meninggalkan dosa dan kebiasaan buruk.
8. Siapkan jiwa dan ruhiyah kita dengan bacaan yang mendukung proses tadzkiyatun-nafs.
9. Siapkan diri untuk berdakwah di bulan Ramadhan.
10. Sambutlah Ramadhan dengan membuka lembaran baru yang bersih.


Seputar Kesalahan di bulan Ramadhan :

1. Tidak mengerjakan shalat, kecuali (hanya solat ied) di bulan Ramadhan.
2. Lalai dari tujuan utama puasa dan hikmah-hikmahnya.
3. Memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah, dengan berbagai amalan seperti sedekah, shalat, mengaji, dan berbagai macam ketaatan lainnya di bulan Ramadhan, tetapi dia jauh dari semua itu pada selain bulan Ramadhan.
4. Berpaling dari memperlajari hukum-hukum puasa, adab, syarat dan pembatal-pembatalnya, dengan tidak menghadiri majlis-majlis ta’lim, tidak bertanya tentang masalah puasa.
5. Menyia-nyiakan waktu puasa dan malam harinya dengan sesuatu yang tidak bermanfaat, bahkan terkadang dengan sesuatu yang haram atau membahayakan.
6. Memperbanyak makanan dan minuman serta berlebih-lebihan dengan beraneka ragam jenis makanan yang dapat menyebabkan seseorang menjadi kurang baik pencernaannya sehingga merasa berat untuk beribadah dan malas shalat dan membaca Al-Qur’an.
7. Mengawalkan waktu sahur dan mengakhirkan berbuka puasa.
8. Berpaling dari memahami dan mentadaburi al-qur’an.
9. Kebanyakan orang tua melalaikan anak-anak nya.

Semoga bermanfaat, guys! ^^

Jumat, Juli 15, 2011

Biarkan karena Kau saja

Orang-orang mengajarkanku untuk mencintai-Mu
Kadang dgn nada sedikit memerintahku
Karena Kau telah berbaik hati memberi ini itu

Apakah itu tetap bernama cinta kalau harus diajarkan?
Apakah cinta akan datang karena diperintahkan?
Apakah itu tetap terasa cinta jika karena sebuah alasan?

Aku ingin mencintai-Mu dengan alami
Tidak karena Kau telah memberiku banyak
Tapi semata-mata karena hati yg terpikat pada-Mu

Aku tak ingin merindui-Mu karena sekedar meniru
Namun semata-mata karena jiwaku yg tak kuasa berpaling

Bagaimana seandainya pemberian-Mu terhenti?
Apakah cintaku juga akan ikut berhenti?

Mereka hanya boleh memperkenalkanku pada-Mu
Tapi biarkanlah hanya Kau saja yg membuatku cinta

Izinkanlah aku mengabdi hanya karena-Mu
Bukan karena semua orang melakukan itu

Kamis, Juli 14, 2011

Kenapa

S : Kenapa coba, Tuhan itu harus Esa?

Y : Ya kalau banyak, kan ribet. Siapa yang harus menentukan yang ini, siapa yang harus menentukan yang itu.

S : Itu jawaban klise. Kalau sudah sekelas Tuhan, kemungkinan gak akan ribet lah. Pasti bisa bagi tugas masing-masing. Tapi, ini mah alasan logisnya, kenapa Tuhan harus Esa?

Y : mmmhhh... (5 menit...)

S : Taluk (nyerah)?

Y : Acan (belum). Ke mikir heula.. (25 menit...)

S : Udah lah taluk..

Y : Acan!

S : Gancang atuh (cepet dong). Taluk weh nya..

Y : mmmhhh... nya sok atuh (iya deh)

S : Karena Tuhan itu Maha Kuasa, sehingga Dia harus Esa. Kalau berbilang atau banyak , berarti Dia tidak Maha Kuasa lagi. Dan kalau tidak Maha Kuasa, bukan Tuhan namanya.

Selasa, Juli 12, 2011

Ada apa dengan An*ing?

Untuk mengetahui, bagaimana sebenarnya kondisi masyarakat sebuah bangsa, kita bisa melihat dari caranya berbahasa. (Mc Cliff dalam Lingual and Culture)



Gang di sebelah kamar kostan saya yang sekarang, sering dijadikan tempat berkumpul dan bermain anak-anak sekitar. Saking dekatnya, suara-suara dari gang itu dapat terdengar langsung dari kamar saya. Sekali waktu, sempat kaget juga ketika ada balita yang menangis karena di jahili oleh bocah-bocah kecil lainnya. Bukan tangis nya yang menjadi sebab kekagetan saya. Tapi kata-kata pengiring yang di ucapkan saat dia menangis. “Huaaaaa…an*ing, huaaaa…an*ing…huaaaa…an*ing!”

Ck..ck..ck.. anak sekecil itu…

Padahal usia balita adalah golden age. Masa-masa dimana kemampuan otak anak untuk menyerap informasi sangat tinggi. Apapun informasi yang diberikan akan berdampak bagi si anak di kemuadian hari.

Orang dewasa (laki-laki) yang ada di dekat balita itu bukannya menenangkan dan member pengertian kalau kata-kata yang di ucapkannya tidak baik , tapi malah ikut menjahili. Dan tertawa-tawa setiap kali sang balita melontarkan kata “an*ing”. Ealah, wis gendeng opo ya?

Usut-punya usut, balita ini sepertinya meniru anak-anak lain berusia SD yang kerap juga mengucapkan umpatan hewan berkaki empat itu. Lantas anak-anak SD ini meniru siapa ya?

Iseng-iseng, saya suka perhatikan anak-anak putih merah, putih biru dan putih abu kalau kebetulan sedang melewati sekolahan. Atau ketika sedang makan di warteg dekat –dekat situ. Serasa bukan sekolahan deh, tapi lebih berasa seperti tempat penitipan an*ing,heuheu..

Bagamana tidak, karena hampir semua percakapan anak-anak sekolahan tersebut bermuatan si an*ing itu. Seperti : “Rek kamana, j*ng?”, “maneh tong kitu atuh an*ing”, “an*ing, hebat pisan si Messi kamari nga golkeun deui!”, “An*ing! henpon maneh meni alus kitu!”, geus ngerjakeun PR acan,j*ng? “ atau pas terantuk batu bilangnya “an*iiiing!! Nyeri!”, dll.

Tadi di gang samping kostan saya itu itu, ada anak-anak yang sedang main badminton. Tapi sepertinya, mereka akan cepat kehilangan tenaga. Karena setiap memukul kok, mereka sambil teriak “an*ing”.

Dulu ketika belum punya modem dan masih ke warnet, saya pernah hilang kesabaran dan sampai meninggalkan warnet, padahal belum selesai tuh nyari artikel. Gara-garanya ada seorang pemuda yang sedang main game (perang-perangan), dan setiap kali melakukan tembakan atau tokoh yang dimainkannya kena, selalu bilang an*ing. Game perang-perangan pastinya banyak banget kan tembak-tembakannya. Coba bayangin, gimana kuping saya gak sakit, kalau kata an*ing terdengar terus seperti muntahan peluru. Rasanya ingin melemparkan hewannya yang beneran, ke muka pemuda itu. Sambil bilang, “NIH, YANG LO PANGGIL-PANGGIL DARI TADI, AKHIRNYA DATANG JUGA!”

Masih juga di warnet. Kali ini ada anak SD yang sedang main game. Polahnya sama seperti pemuda tadi. Dikit-dikit bilang an*ing. Dan polah saya juga sudah pasti sama, langsung menyingkir dari warnet. Bener-bener sakit kuping mendengarnya.

Sekali waktu di angkot ketika sedang penuh-penuhnya penumpang. Ada dua anak SMP yang sepertinya sedang terlibat pembicaraan seru. Dan dengan santainya, mereka berdua beradu “an*ing” di angkot. Maksudnya, mereka sama-sama menyematkan kata “itu” dalam setiap obrolan. Ketika dipelototin, eh malah santai dan makin asik aja. Udah biasa gitu kali ya?

Gak di Bandung, gak di Garut, setiap anak sekolahan dari mulai yang SMA sampai SD, sering sekali mengeluarkan umpatan “an*ing”. Bahkan di kalangan mahasiswa terpelajar pun, yang katanya agen MLM, eh agent of change maksudnya, sudah menjadi hal lumrah. Mau laki, mau perempuan, udah sama aja kondisinya sekarang. Jadi sebenarnya, para siswa meniru kakak-kakaknya yang sudah “maha” itu, atau memang mereka sudah sama-sama terbiasa sejak kecil, karena tidak ada yang mengingatkan?

Masih bisa disebut terpelajarkah para pelajar seperti itu?

Seingat saya, dulu umpatan “an*ing” itu biasanya keluar dari orang-orang di lapisan masyarakat yang (maaf) kurang terpelajar. Atau juga masih bahasanya para berandalan. Dan itupun di ucapkan ketika dalam kondisi marah.

Entahlah, apakah para pelajar sekarang sangat mengidolakan hewan yang satu itu, hingga selalu di sebut-sebut. Sepertinya kurang afdol gitu kalau pas bicara gak nyebut-nyebut si “dia”. Sudah here, there and everywhere deh. Mau marah, senang, kaget, sakit, nyapa, kagum, semuanya pake “an*ing”.

Bahkan kalau yang sudah sangat faseh dan saking mendarah dagingnya, bisa terjadi seperti ini :
A : “Maneh ulangan meunang (nilai) sabaraha?”
(kamu ulangan dapat nilai berapa?)

B : “An*ing! Alhamdulillah urang mah meunang peunteun dalapan!”
(An*ing! Alhamdulillah saya dapat nilai delapan!)

Kalau kata Reza Artamevia mah, saking udah menjadi “Satu yang Tak Bisa Lepas”, bahkan umpatan hewan bernajis itu, dengan sembrononya disandingkan dengan kalimat tahmid yang suci.

Ada pepatah mengatakan, language is an index of zivilisation. Penggunaan bahasa ke arah kata-kata kasar dan buruk, adalah indikator dari adanya perubahan sosial yang memburuk.

Jadi, apakah kondisi ini telah mencerminkan masyarakat kita yang cenderung menghewankan manusia?
Masyarakat kita yang cenderung diam saja, terbiasa dan malah menurut saja ketika di anggap seperti hewan? (buktinya, nyaut ketika dipanggil "an*ing")

Senin, Juli 11, 2011

His Trace

Gak sengaja (apa di sengaja ya?) menemukan jejak tulisan Sonny di blognya yang lain. Hanya ada empat postingan sih. Tapi itu tulisannya (tepatnya ocehan) beberapa bulan sebelum pergi. Pergi bukan untuk balik lagi. Baca ocehan-ocehannya, serasa dia masih ada. Kayak kita lagi ngobrol aja seperti biasa. Yah, lagian juga gak ada niatan untuk lupa sama makhluk ajaib yang satu itu.

Ngomong-ngomong soal ocehan, jadi teringat beberapa kejadian di kelas waktu kuliah. Kalau kebetulan lagi ngontrak mata kuliah yang sama, harus siap-siap kuping deh pas dia duduk di sebelah kita. Soalnya suka ngoceh terus tentang ucapan/pemikiran dosen yang gak sesuai sama pemikirannya. Kenapa gini? Kenapa gitu?, Kudu na mah gini mi (harusnya gini,mi), ceuk urang mah kieu mi (pendapatku begini,mi)dan bla..bla..bla.. Jadinya harus sedia kuping kanan buat kuliah dosen, kuping kiri buat "kuliah" nya dia.

Masalahnya, bukan cuman ngocehnya itu, tapi pas kita "dituntut" juga buat meladeninya berdebat. Biasanya dimulai dengan kata-kata pemanasan "tah, ceuk urang mah kitu. ceuk kamu kumaha?" (nah, menurut saya begitu. Bagaimana menurut kamu?).

Pernah waktu kuliahnya Pak J*ja di perpus, kami sampai di liatin terus oleh beliau. Ya iya lah, kita duduk di lumayan depan, eh dia ngoceh terus tanpa peduli. Saking sebelnya, saya sampai harus menggambarkan sesuatu, biar dia diam sejenak, heuheu..

Ini gambarnya :






Kadang pendapat-pendapatnya ada benernya juga sih. Cuman ya itu tadi, suka gak liat-liat tempat,heuheu..

Dulu, males banget kalau "ketiban sial" harus mendengar dan "menemaninya" berbicara saat kuliah seperti itu. Sekarang, rasanya rela deh buat "ketiban sial" lagi.


For everything in our friendship, i turn to you, Son.

(klo masih ada, pasti protes karena manggil nama doang, gak pake embel-embel "kang". Gak hormat sama yang lebih tua katanya,hehe..)

Kamis, Juni 30, 2011

Jamaaaah..., oooh jamaaaah...!


Sumber : kartunnyaiwaniwe.blogspot.com

Ketika masih SMP, menjelang Ramadhan biasanya ada kegiatan "kuramasan" di sekolah saya. Maksudnya bukan acara keramas bareng-bareng, tapi semacam tabligh akbar. Dimana pada hari itu, pihak sekolah mengundang seorang ustadz untuk menyampaikan ceramah kepada seluruh warga sekolah.

Orang-orang yang mendengarkan sang ustadz, tak jarang selalu terbahak-bahak (termasuk saya). Pasalnya, ustadz tersebut banyak sekali menyampaikan humor-humor yang membikin perut sakit. Tapi saking kebanyakan humor, yang keinget ya malah yang lucu-lucunya. Isi ceramahnya gak ketangkep. Abis acara, bubar aja seperti buih di lautan. Gak bawa apa-apa, selain bahan lawakan baru buat diceritakan ke orang lain.

Ketika tahun depannya ngundang ustadz itu lagi, alasannya semata-mata karena beliau lucu, bukan karena isi ceramahnya yang menggugah. Ya mungkin agar murid-murid yang masih usia belasan tetap betah mengikuti acara. Tapi tujuan utama seorang ustadz beceramah, bukan untuk menghibur kan?

Humor/lawakan bisa jadi jalan bagi para ustadz untuk menyampaikan ceramah. Ngejaga juga biar yang ngedengrin gak ngantuk. Namun rasanya kurang baik apabila yang terjadi malah sebaliknya. Ketika ceramah berubah menjadi ajang melawak. Gara-gara hal ini, saya sempat berburuk sangka terhadap seorang ustadz yang akhir-akhir ini makin di kenal, seiring dengan kemunculannya di salah satu televisi swasta. Siapa yang tak kenal dengan sapaan "jamaaaaaaah! ooooo jamaaaaah! Alhamduuu...lillaaaah"

Waktu itu saya sedang di Bogor, di rumah seorang kawan yang akan menikah. Masih ingat ketika pertama kali menyaksikan beliau di televisi pas subuh hari. Yang langsung terlintas dalam pikiran adalah eh buset (ralat: astagfirullah), ni ustadz lebay banget! jangan-jangan ada pelawak OVJ yang kabur ya? Soalnya performance beliau hampir mirip Sule ketika sedang beraksi.

Pengalaman saya waktu SMP serasa terulang kembali. Seketika, skeptis lah saya pada ustadz kocak tersebut. Biarpun pas muhasabahnya, kadang suka bikin nangis para artis (yang di undang ke acara ceramah televisi tersebut), namun buat saya malah terasa kering.

Akhirnya, terpikir untuk menulis tentang fenomena ustadz tersebut. Kemudian di mulai lah riset kecil-kecilan. Dari mulai menyaksikan kembali acara beliau di televisi, sampai mengunduh ceramah-ceramahnya dari youtube. Hasilnya, tak jauh beda. Meski memang ketika sedang menyampaikan ceramah di luar televisi, pesan-pesannya lebih dapat saya tangkap. Usut punya usut, ternyata karena kadar "ke-lebay-an" nya lebih rendah daripada ketika sedang ceramah di televisi.

Nah, semalam ternyata pas sekali. sehabis ceramahnya tayang, kemudian beliau menjadi bintang tamu di acaranya Tukul "Reynaldi" Arwana alias Bukan Empat Mata. Tak sangka, dari sini saya melihat sisi lain dari beliau.

Jawaban-jawaban yang beliau kemukakan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang Tukul lontarkan, mampu membuat saya berpikir ulang. Rupaya beliau tak selalu lebay. Malah saya rasa, ucapan-ucapan beliau di talk show tersebut lebih menyentuh ketimbang ketika sedang berceramah. Lebih mampu membuat kita (setidaknya saya) mengingat Allah Subhanawata'ala. Lalu dalam hati saya bilang, ustadz, kenapa gak kayak gini aja sih pas ceramah? Kocaknya tetap ada. Udah bawaan kali ya. Tapi saya rasa pas. Tak berlebihan.

Mohon maaf ya ustadz, saya telah berburuk sangka (ustadz nya suka baca blog gak ya?). Semoga saya dan lebih banyak orang lagi, bisa sering-sering mendengarkan ucapan-ucapan ustadz yang menggugah seperti di acara kemarin malam. Sehingga ustadz dapat membuat umat yang banyak ini tak seperti buih di lautan.

Jamaaaah..., oooh jamaaah...

Selasa, Juni 28, 2011

Cheeni Kum : Pesona Amitabh Bachan yang Tanpa Gula



Film-film romantis yang saya suka dan sanggup di tonton berkali-kali dengan kesan yang tetap sama seperti ketika pertama kali menonton nya , biasanya berasal dari Hollywood. Seperti The Terminal, Before Sunrise, When Harry Met Sally,dll. Namun kali ini, ada kejutan dari Bollywood. Sebuah film bergenre komedi romantis, dengan ramuan berbeda dari film Bollywood kebanyakan : Cheeni Kum. Tanpa gula, tanpa tarian, tanpa pamer dada dan pinggul, namun tetap manis. Lebih rasional dan mengedepankan dialog-dialog cerdas seperti dalam Before Sunrise. Ditambah lagi dengan latar cerita yang selalu saya suka, yaitu tentang koki. Voila!

Semua berawal dari gula. Ketika sebuah masakan bernama Hyderabadi Zafrani Pulao, kembali ke dapur bersama pelayan restoran Spice6 dalam keadaan masih utuh. Pelanggan yang memesan, menilainya terlalu manis. Padahal citarasa asli masakan India tersebut adalah tanpa gula. Ditambah lagi, pelanggan tersebut menyebut restoran nya sebagai restoran India palsu. Tentu ini adalah sebuah perlukaan ego bagi seorang Chef perfeksionis spesialis masakan India dan sekaligus pemilik restoran, Budhadev Gupta (Amithabh Bachan). Berpuluh-puluh tahun restorannya berdiri, yang selalu kembali ke dapur adalah piring kosong, bukan piring dengan makanan utuh. Restoran bukan sembarang restoran. Spice6 adalah restoran India terlaris di kota London.



Tanpa mengecek rasa makanan, Budha langsung pergi menemui pelanggan yang mengembalikan pesanannya, gadis India bernama Neena Verma (Tabu) dan sahabatnya Shalini (Kanwal Toor). Dengan pandangan tertuju pada Neena, sang Chef menyindir bahwa Zafrani Pulao yang biasa dia makan pasti di buat dengan asal. Kemudian menganjurkan pada Neena agar menelfon ibunya di India untuk mengajari bagaimana membuat Zafrani Pulao yang asli. Lewat sikap tenang namun kata-kata yang sungguh sepedas cabe bhut jolokia, Budha membuat keduanya menganga tanpa kesempatan untuk menjelaskan. Tentu saja duo sahabat itu tersinggung, dan langsung meninggalkan restoran dengan kesal.

Keesokan hari, sebuah Hyderabadi Zafrani Pulao kembali masuk ke dapur restoran. Budha heran, kemudian langsung mencicipinya. Dengan ala Pak Bondan, dia menilai cita rasanya dan mengatakan bahwa masakan tersebut paling lezat sedunia. Hanya lidah mati rasa yang menolak masakan restorannya itu. Namun tiba-tiba, sang pelayan mengatakan bahwa Zafrani Pulao tersebut tidak berasal dari dapur mereka, melainkan seseorang mengirimkannya khusus untuk sang Chef. Bisa ditebak, memang Neena lah yang mengirimnya langsung.

Ealah, usut punya usut, ternyata penyebab kekacuan ini adalah salah seorang koki bernama Babu. Seharusnya garam yang di masukan ke dalam masakan Zafrani Pulao, namun malah gula yang dia ambil. “Penerbangan ke India, besok jam 10 pagi”, bahasa pemecatan yang diterima Babu. Begitulah Budha, pahit.



Sekarang, yang harus di pikirkan adalah bagaimana cara meminta maaf pada Neena. Tentu bukan hal mudah bagi orang ber ego tinggi seperti Budha. Hujan kemudian mempertemukannya kembali dengan Neena. Perbincangan yang terjadi seharusnya menjadi jalan bagi Budha untuk meminta maaf. Namun, susahnya minta ampun. Tapi perbincangan tersebut, membuat mereka lebih akrab. Dan hujan memang membawa berkah. Payung hitam yang selalu dipinjamkannya pada Neena, seolah-olah telah menjadi cupid yang membuat mereka lagi-lagi bertemu.

Budha adalah seorang lajang berusia 64 tahun yang tinggal dengan seorang ibu yang sudah sepuh. Nenek-nenek penyuka acara smackdown dan sex and the city, yang selalu menyuruh anaknya pergi ke Gym. Tapi anak satu-satunya itu tak pernah mau. Budha sang pemilik restoran dan juga seorang vegetarian, tak pernah absen makan masakan rumah buatan ibunya. Meski masakan sang ibu kerap ia cela. Ya, itulah cara Budha menunjukkan kasih sayangnya.

Satu lagi perempuan dalam hidup Budha, Sexy namanya. Tetangga sebelah, sekaligus sahabatnya. Gadis cilik pengidap leukemia yang kerap keluar masuk rumah sakit. Sexy lah teman curhat yang sering memberikan saran-saran yang lebih dewasa daripada usianya.



Dan Neena, ternyata adalah seorang wanita lajang yang cerdas, anggun, berpembawaan tenang dan pikiran dewasa yang mampu mengimbangi Budha, meski usianya jauh lebih muda, yaitu 34 tahun. Dengan kecerdasan kata-katanya pula, Neena mampu membuat Budha kembali mempekerjakan Babu.

Saat seseorang memuji restoran, sang Chef yang akan menerimanya. Dan saat ada yang mencela restoran pun, sang Chef yang seharusnya menerima. “Jadi, kenapa Babu yang harus pulang? Seharusnya kau yang pulang.” Begitulah Neena men skak mat Budha. Cerdas bukan?

Budha ibarat pria sugar free, yang sikapnya jarang sekali manis dan kehidupan percintaannya pun jelas jauh dari manis. Namun kehadiran Neena perlahan mempermanis hidupnya. Kecerdasan dan keanggunan Neena, mampu memikat Budha. Sedangkan kematangan Budha dan sikap to the point nya yang tanpa gombal-gombal, telah memesona Neena. Usia yang terpaut jauh, tak lantas jadi masalah. Budha dapat mengimbangi kecerdasan Neena dan Neena dapat menghadapi “kejudesan” Budha. Kalau dalam Islam mah, istilah nya sekufu gitu,hehehe..



Sama-sama cerdas, rasa ketertarikan ditunjukkan dan dibalas dengan cara yang tak biasa. Seperti ketika bagaimana Budha mengajak Neena berkencan, dan bagaimana Neena menjawabnya. Bagaimana Budha mengungkapkan cinta tanpa sepatahpun kata cinta, dan bagaimana Neena menerima nya tanpa mengucapkan kata “ya”. Serta cara Budha melamar Neena yang akan membuat wanita pecinta keromantisan berpikir pria macam apa yang melamar wanita dengan cara seperti ini. Tapi akan lebih heran lagi dengan cara simple Neena menerima lamarannya.

Sama-sama dewasa, ketika terjadi pertengkaran pun, tak pernah mereka biarkan berlarut-larut. Menit itu mereka cekcok, menit itu pula mereka menyelesaikan masalah. Mature banget.



Amithabh dan Tabu benar-benar cocok memerankan karakter-karakter dalam film ini. Chemistrinya dapet. Bagaimana ya caranya untuk menggambarkan keromantisan film ini? Ibarat masakan, film ini seperti masakan vegetarian. Biarpun tanpa daging, namun tetap lezat. Dan lagi, Amithabh memang masih terlihat gagah dan menarik. Saya pun bisa condong menjawab "ya", kalau tiba-tiba dia datang melamar,heuheu..

Kembali lagi pada jalan cerita, ketika Budha dan Neena akan mengutarakan niat mereka menikah pada ibunya Budha, ada kabar dari India bahwa ayah Neena sakit. Ibu Neena telah lama meninggal sejak Neena masih kecil. Maka Neena harus segera kembali ke India untuk merawat ayahnya. Kabar tersebut bertepatan dengan kambuhnya penyakit Sexy yang membuatnya harus di larikan ke rumah sakit.



Tak lama, Budha pun menyusul Neena ke India untuk melakukan lamaran resmi pada ayahnya, setelah mendapat “restu” dari Sexy. Cara-cara yang manis coba dia lakukan untuk mengutarakan maksud dan agar membuat ayah Neena terkesan. Dari mulai berkunjung ke rumah, mengikuti saat jogging, sampai memasakkan makanan untuk sang calon mertua. Namun selalu saja gagal menyampaikannya. Ketika akhirnya maksud tersampaikan, bisa di tebak, ayah Neena tentu tak setuju. Apalagi usia sang ayah lebih muda 6 tahun dari Budha. Apa kata dunia?

Ayah Neena sampai mogok makan untuk mencegah mereka berdua menikah. Bagaimana cara Budha membuat sang calon papa mertua merelakan putrinya? Yang jelas, bukan lagi dengan cara bermanis-manis. Namun dengan cara yang “Budha banget”. Cara membujuk yang sama sekali tanpa “gula”.

Rabu, Juni 22, 2011

Duta atau Maskot

Beberapa tahun menyaksikan acara Miss Universe, yang biasanya ku ingat adalah bahwa pemenangnya pasti jadi bintang iklan minuman bervitamin C yang seger-seger itu. Atau kalaupun ada tugas resmi, biasanya jadi duta pemberantasan HIV-AIDS. Kegiatannya, jalan-jalan ke negara-negara tertentu untuk melihat para penderita HIV-AIDS, memperlihatkan rasa iba, di jeprat-jepret (di foto maksudnya) dengan tak pernah lupa memakai selendang keramatnya yang bertuliskan Miss Universe. Asa teu penting. Karena dengan gak pake selendang pun, udah pasti ketauan dia miss universe nya. Tau dari mana? Ya tau lah, karena pasti dari semua orang yang ada, pasti dia yang paling kinclong dan aduhai,heuheu..



Sepengetahuan saya, biarpun Nona Sejagat itu jadi duta HIV-AIDS, asa gak pernah ada ide-ide nya yang bergaung di dengar oleh masyarakat dunia. Atau himbauan-himbuannya (kalau ada itu juga) atau tindakan nyata yang berpengaruh terhadap tujuan dia menjadi duta. Selain itu, kesibukannya yang lain biasanya lebih banyak di pemotretan dan menghadiri kontes-kontes sejenis di tingkat regional. Dengan segala hormat, kalau bunda Theresa masih hidup, saya lebih memilih beliau untuk menjadi Miss Universe. Tidak kah ide-ide nya, himbauan-himbauannya, tindakan-tindakannya sudah mendunia? Biarpun tanpa mahkota.



Nah, kalau yang saya ingat dari pemilihan semacam Putri Indonesia, bahwa agenda pertama sang putri yaitu… tak lain tak bukan adalah untuk di kirim ke ajang pemilihan Miss Universe. Biasanya ada kontroversi tentang pakaian renang tuh,hehe.. Harusnya kontroversi itu tak terjadi sih, karena pasti kebanyakan orang sudah tahu bahwa kontes Miss Universe pada awal sejarahnya memang sebuah ajang kecantikan untuk mempromosikan pakaian renang. Udah tau begitu, kenapa masih niru-niru ajang seperti itu? Heuheu..

Dan selanjutnya, sang putri biasanya di kontrak jadi duta kosmetik merk tertentu.Btw, tugas utama putri Indonesia apa ya? lupa. Oh,iya mempromosikan pariwisata Indonesia ke mancanegara. Tapi berhubung merangkap jadi duta kosmetik, entah mana agenda yang lebih padat. Promosi pariwisata atau kosmetik? :D

Menurutku sih, yang pantes jadi duta pariwisata Indonesia itu Pak Bondan dan Trinity. Pasti dah tau lah dengan pak Bondan Winarno sang wisatawan kuliner. Coba aja liat, makanan apa yang ketika dia cicipi, gak bikin kita ngiler dan pengen icip-icip juga? Mau makanan tradisional kek, internasional kek, sama nasib nya. Bikin saliva menetes! Makanan khas Indonesia yang bermacam-macam, tentu saja bisa menjadi daya tarik buat para wisatawan kan? Mak nyosssss!



Nah, kalau Trinity tau gak? Di kalangan blogger ataupun para penikmat buku, dia sudah terkenal. Buku nya yang berjudul “The Naked Traveler” sudah sampai pada buku yang ketiga. Pekerjaan utama nya adalah traveling, pekerjaan sampingannya adalah karyawan sebuah perusahaan. Dia sudah menjelajahi banyak tempat wisata di Indonesia dan luar negeri dengan jalan menjadi seorang backpacker. Dia sudah tahu sebagian besar tempat-tempat di Indonesia yang paling asik buat berwisata. Yang bisa lebih seru dan eksotis dari Bali. Putri Indonesia mungkin baru traveling pas udah kepilih jadi juara pertama. Tapi Trinity, sudah dari jauh-jauh sebelum nya. Maka, siapa lagi yang lebih pantas dari dia?



Di Jawa Barat, ada ajang dengan tujuan serupa, yang tentunya lebih “keprovinsian”, yaitu untuk mempromosikan pariwisata di wilayah Jabar. Berupa ajang tahunan pemilihan Mojang Jajaka (MOKA) Jawa Barat. Tapi kayaknya dalam beberapa tahun kebelakang, acara ini kurang ngena sama tujuan. Kurang efektif. Ini bukan pendapat saya pribadi lho. Tapi pendapat Wakil Gubernur Jawa Barat Dede Yusuf.



Beliau menilai bahwa hasil dari pemilihan MOKA ini belum di fungsikan secara maksimal. Yang juara tahun kemaren belum di fungsikan dengan baik, eh tahun ini udah ada lagi juara MOKA yang baru. Setahun ke depannya, ada lagi yang baru. Jadi aja stok MOKA (istilah bikinan Pak Dede Yusuf) numpuk. Dan kalau tidak salah, ajang ini sempat di tiadakan pada tahun 2009. Sepertinya setelah acara pemilihan yang begitu ketat dari segi brain, beauty dan behavior, kurang di persiapkan tugas-tugas selanjutnya (padahal ini bagian yang penting nya). Jadilah banyak MOKA yang dinilai nganggur. Padahal kan dari segi 3B tadi, mereka adalah jagoan-jagoan andalan Jawa Barat.

Bahkan seorang Jajaka Pinilih tahun 2008 sempat mengatakan “Selama ini, ibaratnya kami hanya jadi pajangan, bertugas kalau sedang ada tamu saja. Malah pada kegiatan yang berhubungan dengan promosi pariwisata tidak dilibatkan. Sebaiknya masa bakti moka tidak hanya satu tahun, jadi bisa diberdayakan oleh pemerintah”. Masyarakat menilai kegiatan pasanggiri itu hanya kegiatan hura-hura dan penghamburan anggaran, sementara alumni moka mengeluh karena selama ini hanya bertugas sebatas penerima tamu pada acara seremonial pemerintahan.

Lantas, apa kabarnya Pasanggiri Mojang Jajaka Garut 2011?



Tujuannya pasti pula tak jauh beda, hanya lebih spesifik kedaerahan. Mempromosikan seni budaya dan pariwisata Garut. Kriteria nya mencakup 4B (Brain, beauty, behavior, bravery), menguasai salah satu kesenian sunda dan mampu berbahasa sunda serta bahasa inggris.

Jadi teringat bertahun-tahun silam. Beberapa orang di sekolah saya ada yang mengikuti Pasanggiri Mojang Jajaka Garut. Waktu itu, kesan saya terhadap kegiatan ini adalah beauty lebih mendapatkan porsi. Beauty disini lebih dimaksudkan pada “beungeut” . Brain dan behavior belakangan. Asana mah baheula can aya kriteria bravery (rasanya dulu belum ada criteria bravery).

Brain mungkin di maksudkan lebih pada wawasan kali ya? Bukan spesifik wawasan kepariwisataan. Karena kan kalau yang itu nanti di berikan pas karantina. Tapi kalau tidak salah, dulu ada yang brain nya biasa aja, lolos untuk mengikuti karantina. Behavior artinya perilaku. Berarti kalakuan na nya nu di nilai.

Saya yakin, dalam rangka mempromosikan seni budaya dan pariwisata Garut, para mojang-jajaka terpilih, tidak akan hanya di jadikan sebagai pajangan atau dihadirkan ketika ada acara seremonial pemerintahan saja.

Saya ada kereteg pikir. Ini hanya pandangan saya sebagai orang awam dalam marketing. Jika tujuannya mempromosikan seni budaya dan pariwisata, kenapa tak langsung saja di pilih dari pemuda-pemudi yang memang awal nya concern di bidang itu. Mereka yang memang hobinya ngubek-ngubek dan sangat mengenal tempat-tempat wisata di Garut. Jadi ketika promosi, memang tidak omong doang, padahal belum pernah ke tempat yang di promosikan. Kalau mau, pilih dari kalangan para backpacker Garut sekalian (kalau ada,hehe..).

Coba, mana yang lebih menarik dari dua percakapan ini :

Percakapan I
Promotor : Garut memiliki tempat-tempat wisata yang sangat indah dan menarik, seperti candi cangkuang dan kawah papandayan.

Calon wisatawan: Wah, bagus. Apakah anda pernah ke sana?

Promotor : belum.

Calon Wisatawan: Lho, darimana anda tahu kalau tempat tersebut indah dan menarik?

Promotor : Ya, sepertinya..

Percakapan II
Promotor : Saya ingin bercerita tentang pengalaman saya bersama rekan-rekan ketika berarung jeram di sungai cikandang. Wah, sangat memacu adrenalin! Arus di sungai cikandang sangat deras dan rute nya panjang sekitar 28 kilometer. Perahu karet kami beberapa kali hampir terbalik.

Calon Wisatawan : Menarik sepertinya. Tapi saya belum pernah arung jeram. Dan jarak 28 kilometer terlalu panjang.

Promotor : Oh, tak masalah. Ada yang lebih pendek rutenya dari itu, yaitu sungai cimanuk. Dan jangan khawatir juga karena pengamanan nya terjamin. Buktinya saya masih hidup,hehe..

Calon Wisatawan : hahaha! Jadi tak sabar ingin segera mencoba nya juga.


Jika kita berada pada posisi calon wisatawan, pasti lebih tertarik dengan orang yang berbicara tentang pengalamannya ketika berwisata, ketimbang orang yang berbicara seperti brosur.

Untuk duta budaya, sebaiknya dipilih dari pemuda-pemudi yang sedari awal concern dengan budaya sunda/lokal dan menguasai beberapa kesenian nya. Bukan dari pemuda-pemudi yang baru belajar tentang kesenian sunda karena mau mengikuti pasanggiri mojang jajaka belaka.

Kalau misalkan tetap harus dengan prosedur Pasanggiri Mojang-Jajaka, maka usul saya, beauty ditempatkan setelah behavior, brain dan bravery.

Kenapa saya tempatkan behavior lebih dulu? Saya artikan behavior sebagai kecerdasan emosi. Kemampuan melakukan hubungan intrapersonal dengan orang lain. Orang yang wawasannya lebih sedikit namun mampu mengkomunikasikannya dengan bagus, simpatik dan ramah, akan lebih baik daripada yang wawasannya lebih banyak, namun tak mampu mengkomunikasikannya secara simpatik, bagus dan ramah.

Yang kedua, kenapa brain di dahulukan dari bravery? Karena percuma saja ketika punya keberanian, tapi tak punya gagasan atau wawasan yang dapat di sampaikan. Saya membayangkannya, para peserta tidak datang dengan brain kosong, untuk kemudian di isi dengan informasi-informasi ketika karantina. Alangkah lebih keren nya, ketika dari awal para peserta membawa ide-ide brilian yang dapat di tawarkan dalam rangka mempromosikan budaya lokal/sunda dan pariwisata Garut. Sehingga ketika seleksi, bukan hanya tentang wawasan, tapi juga seleksi ide. Ya, itu lamunan saya.

Nah, yang terakhir adalah beauty. Meski bengeut bisa jadi jalan awal ketertarikan, tapi kalau ternyata behavior nya gak bagus, brain nya jongkok, bravery nya ciut, maka tak ada artinya si beauty ini dalam rangka mempromosikan pariwisata dan budaya. Beauty lebih gampang di poles nya daripada brain. Cantik/ganteng itu relatif. Tapi bodoh itu mutlak. Lagian yang sedang di cari itu adalah duta, bukan maskot.

Setelah terpilih sang juaranya, maka pertama-tama mereka di tugaskan untuk traveling ke tempat-tempat wisata Garut yang akan di promosikan. Setelah itu, barulah berpromosi ke target-target wisatawan. Lagi-lagi, saya ngelamun,hehe..

Tapi saya punya pengharapan besar, kalau pasanggiri Mojang-Jajaka kota Garut 2011, benar-benar ajang pencarian duta pariwisata dan budaya, bukan ajang pencarian maskot pariwisata dan budaya. Kalau di lihat dari persyaratan peserta yang harus menguasai beberapa ini itu, kemungkinan besar pengharapan saya dapat terwujud.

Namun jika ternyata masih pada taraf pemilihan maskot, maka pemuda tidak harus berlomba-lomba untuk menjadi Moka saja, karena saat ini sudah banyak ajang pemilihan semacam itu. Lebih baik ada kegiatan lain yang lebih menitikberatkan pada prestasi dan juga kreativitas. Ini bukan kata-kata saya lho, tapi kata-kata dari Bapak Dede Yusuf, Wakil Gubernur Jawa Barat.


NB: Penulis duka nuju seueur teuing ngalamun atanapi sirik teu pernah ngiringan pasanggiri moka,heuheu..

Jumat, Juni 17, 2011

Waiting 'till 27 dresses?

“Bulan ini, siapa lagi teh yang nikah,hehe..?”, tanya Risa sambil agak cengengesan. Maklum, setiap ada undangan pernikahan, aku suka cerita. Dan setelah di review, kami berkesimpulan bahwa setiap bulan, pasti ada saja temanku atau kenalanku yang mengundang ke acara resepsi pernikahan mereka. Bahkan kalau sedang “musim kawin”, dalam hari yang sama bisa ada lebih dari satu undangan. Biasanya pas bulan haji atau selepas idul fitri. Kalau masih satu kota sih, bisa marathon. Pusing nya, kalau sudah berbeda kota. Sama-sama teman, dan harus memilih salah satunya.

Rasanya sudah dari tahun 2009 atau 2010 deh, kebanjiran acara macam itu. Memang, usia pertengahan 20 macam aku adalah usia yang sudah pas untuk menikah. Sedapat mungkin ku usahakan untuk selalu memenuhi undangan, apabila tidak ada urusan lain yang lebih penting atau sangat mendesak. Karena pernah ku baca sebuah hadist, bahwa salah satu hak yang harus di tunaikan muslim pada muslim yang lain adalah memenuhi undangan. Baik pernikahan atau undangan lainnya.

Aku senang bila ada undangan pernikahan dari teman, karena bisa sekaligus menjadi ajang reuni dengan teman-teman yang lain dan yang tak kalah penting adalah… ajang perbaikan gizi, hehe… Teman SD, SMP atau SMA yang sudah tak saling kontak lagi pun, kadang suka di pertemukan kembali. Kapan lagi bisa berkumpul coba? Di saat semua sedang sibuk dengan karier masing-masing.

Pertanyaan standar ketika saling bertemu adalah : “kerja di mana sekarang?”, “si anu ke mana ya, kok gak datang? dan “kapan nyusul?”. Biasanya jarang di dahului dengan pertanyaan “apa kabar, sehat?” atau “gimana kabar keluarga?”. Sepertinya kebanyakan hanya ingin mengetahui “progress hidup” masing-masing. Apakah aku tetap lebih sukses dari dia? Ataukah dia lebih sukses daripada aku sekarang? Ya, wajar memang.

Risa pun pernah nyeletuk, “teteh kapan atuh ngundang? Masa dateng ke undangan orang terus..”. Sebelum ku temukan jawaban yang tepat, Risa langsung menjawab pertanyaannya sendiri, “mungkin ntar kalau udah punya 27 gaun kali ya, hehehe..”. Dia merujuk ke sebuah film Hollywood berjudul “27 Dresses”, yang di bintangi oleh Katherine Heigl. Film ini bercerita tentang seorang wanita yang sudah sering menjadi pengiring pengantin, sampai-sampai dia sudah memiliki 27 gaun pengiring. Bahkan "dilangkahi" oleh sang adik perempuan. Sebelum akhirnya dia memakai baju pengantinnya sendiri di hari pernikahan.


Wah, kalau harus menghitung dulu baju yang ku pakai ke undangan pernikahan sampai berjumlah 27, kapan menikahnya? Heuheu.. Karena tidak setiap menghadiri undangan, aku memakai baju berbeda. Biasanya beberapa kali ke undangan, “kostum” nya tetap sama. Paling ku siasati dengan melihat dulu siapa yang mengundangnya. Kalau yang mengundang teman SMA, berarti baju yang kupakai minggu-minggu kemarin untuk menghadiri undangan teman SMP, masih bisa ku gunakan lagi. Agar tak kelihatan memakai baju yang itu-itu terus,hehehe... Ku hitung-hitung, belum sampai 27 gaun. Sepuluh pun tidak. Alamaaak! Berapa kali lagi lebaran haji yang harus terlewati kalau begitu?

















Pertanyaan “aku kapan ya?”, sesekali memang ada. Tapi tak terlalu menguasai benak pikiran (belum kayaknya). Biarpun hampir kebelet… (gakgakgak!). Karena ternyata menunaikan hajat pernikahan, tak semudah menunaikan “hajat” di WC alias ee (maaf ya kalau agak-agak dirty). Yang kalau kepengen tinggal ambil posisi aja.

Kalau hajat di WC kan bisa sendirian (masa mau rame-rame :p), mengeluarkan sesuatu dari diri kita yang tak asing lagi. Tapi kalau nikah kan musti ada pasangannya (orang gila mana yang kawin sendirian?), menarik seseorang yang mungkin sebelumnya sangat asing, untuk masuk ke dalam kehidupan kita. Tak sembarangan, bahkan kita sedang melakukan “kontrak yang teguh” dengan Tuhan. Karena menyangkut dunia dan akhirat. Bukan main seriusnya.

Sisa umur kita akan dijalani bersamanya. Bukan hanya cantik/tampannya, cerdasnya, senyumnya dan rezekinya yang akan bersama kita. Bau keringat, bau mulut, bau kentut dan bau-bau nya yang lain, juga akan bersama kita sepanjang hayat. Paket komplit, tak bisa di kembalikan sebagian.

Atau calon dah ada nih, cocok. Bibit, bebet, bobot, babat sama bubut nya sesuai. Eh, orang tua yang suka itung-itungan tiba-tiba bilang, "nak, menurut perbintangan, hari baik buat nikah nya ternyata udah lewat, baru ada lagi ntar 2 tahun ke depan". Wuahaha, bisa layu sebelum berkembang. Ternyata tak semudah hompimpah ya? (maksudnya, membalikan telapak tangan).

Btw, kalau di lihat-lihat, kehidupan pernikahan juga kadang mirip dengan proses “ee”. Maksudnya, pernikahan itu pasti ada “mulesnya” alias ada masalahnya. Ee harus dikeluarkan biar sehat. Begitu juga masalah, harus di selesaikan biar pernikahannya sehat. Gak “ee-ee” juga bisa pertanda masalah. Jadi kalau yang nikah gak pernah ada masalah, justru itu pertanda pernikahannya sedang bermasalah kali ya.

Untuk kemudian mengeluarkan “ee” itu, ada yang lancar jaya lalu dengan cepat bisa langsung plong, ada yang mencret-mencret dulu berhari-hari baru normal lagi, ada yang sembelit, ada juga yang berdarah-darah kalau udah ambeyen. Yang terakhir ini kalau di biarkan aja, bisa menimbulkan masalah yang lebih serius (kayaknya pengalaman banget gitu ya sama ambeyen,hehehe...).

Yang nikah juga gitu kan? Ada pasangan yang bisa dengan cepat menyelesaikan masalah, ada yang butuh waktu relatif lama untuk kemudian normal lagi, ada yang susaaaah banget selesai masalahnya, bahkan ada yang sampai “berdarah-darah” demi menyelesaikan masalah. Entah darah beneran, atau saking peliknya sampai harus di gambarkan dengan kata “berdarah-darah”.

Lancar enggak nya “ee” kita (doh, jadi berasa ahli per-ee-an), pasti tergantung kesehatan saluran pencernaan kita dong. Kesehatan saluran pencernaan, tentu tergantung pada apa yang kita makan. Kalau ala kuda lumping yang sampai beling pun di makan, mana tau deh kesono nya kayak gimana. Kalau yang di makan jenis yang sehat, bergizi, banyak serat, cukup minum air putih, kemungkinan besar bisa lancar dong. Kalau mencret-mencret, paling karena makan yang pedas-pedas atau masuk angin. Kalau sembelit, kayaknya kurang minum. Nah, kalau yang ambeyen, kayaknya saking gak ngejaga asupan makanan, dan kalau bermasalah dengan ee suka di biarin, jadinya perlahan-lahan menimbulkan penyakit yang lebih serius. Akhirnya musti ke dokter. Gak bisa sembarangan makan obat warung atau pergi ke dukun.

Mari kita terapkan teori ee ini ke dalam pernikahan. Kalau ee berhubungan dengan makanan jasmani, maka pernikahan berhubungan dengan makanan rohani. Berhubungan dengan, apa sih “makanan” yang dimasukan ke dalam hati dan pikiran. Kalau “makanan” nya berupa selalu mengingat Tuhan, ilmu yang senantiasa di tambah dan berpikir positif, kemungkinan besar dalam menyelesaikan masalah bisa lancar jaya. Kalau makan omongan orang terus (kadang yang pedasnya gak ketulungan), mungkin bisa bikin kehidupan pernikahan “mencret-mencret” beberapa waktu. Kalau kurang ilmu nya, bisa rada-rada sulit menyelesaikan masalah. Yang parah, kalau gak ngejaga asupan makanan rohani dan selalu membiarkan masalah tanpa jalan penyelesaian. “berdarah” deh. Akhirnya harus melibatkan pihak ketiga, yang bisa jadi “dokter” untuk membantu menyelesaikan “ambeyen” pernikahan.

Mules beneran ini mah ngomongin per-ee-an terus. Semoga gak terasa jorok dan bau ya. Well, untuk yang sudah menikah atau sebentar lagi akan menikah, semoga lancar ya ee nya, eh.. maksudnya semoga lancar ya kehidupan pernikahannya ^^.

Adios. Permios. Pribados moal deui nyorokcos. Kedah enggal ka pipir kos. Soalna tos karaos mulos-mulos (mules-mules, maksa mode: on).



P.S : Tuhan, ini hanya di antara kita saja ya. Jadi, apakah aku harus memakai sampai 27 gaun atau menghadiri 27 undangan pernikahan, atau melewati usia 27 dulu, hingga bisa sampai pada “kontrak” dan hajat yang satu itu?

Kamis, Juni 16, 2011

Main Lagi



Si Sonny main lagi di mimpi ku. Padahal aku gak ngajak,heuheu… Tadi pas bangun, aku ingat semua kejadiannya. Tapi pas nulis sekarang, sebagian besar udah lupa. Cuman inget ujung-ujungnya aja. Tak tahu siapa yang memulai, tiba-tiba saja dia dan aku sudah bercakap-cakap lewat telepon. Sepertinya lucu dan seru. Karena samar-samar masih ku ingat kami berdebat seperti biasa, lalu tertawa-tawa. Tapi aku lupa, entah apa yang kami perdebatkan.

Lantas aku ingat, kalau dia kan sudah di ambil Tuhan. Maka kupikir, ah pasti ini cuma mimpi. Lalu untuk memastikannya, aku tanya “kamu lagi di mana?”. Maksudku, jika dia bilang sedang di rumah, di kampus atau di daerah sekitar Bandung, maka dugaan ku benar, bahwa aku sedang bermimpi. Kemudian dia menjawab, “ di surga, hahahahaha!”, dengan tawa khas nya. “Aku tau, kamu pasti nanya itu, Mi”,lanjutnya. “Bilangin sama keluargaku, jangan khawatir, aku udah di surga”, begitu kata-kata terakhirnya di telepon. Dan aku berpikir, wah bener nih, ini bukan mimpi. Bego juga ya, padahal mana bisa teleponan sama orang yang sudah gak ada,heuheu..

Ya sudah, semoga kelak kau benar-benar berada di sana. Dan aku juga. Sampai jumpa.

Rabu, Juni 15, 2011

Serial Drama Korea, Film India dan Ayam Goreng

Siapa yang tak tahu KFC, CFC, McD dan Texas Chicken? Walau tak pernah mencicip sekalipun, pasti dari salah satu restoran cepat saji itu ada yang kita kenal. Semua-muanya jualan ayam goreng berbalut tepung. Tapi, apa yang membedakan di antara mereka ya?

Mungkin resepnya. Biarpun sama-sama ayam goreng renyah berbalut tepung, pasti mereka punya resep rahasia masing-masing yang membuat mereka dapat tetap bersaing. Katakanlah, bahan-bahan yang dipakai semua nya sama. Tapi tetap, takarannya pasti ada yang beda. Selain resep, kemasannya sudah jelas beda. Entah itu dalam bentuk kemasan produk, ataupun “kemasan” iklan yang menawarkan sensasi beragam dan kemenarikan tersendiri.

Selain itu, jangan kan berbeda restoran, dalam satu restoran pun terdapat perbedaan produk ayam goreng yang di tawarkan. Ada yang original lah, spicy lah, dan lain-lain yang bisa membuat pengalaman lidah berbeda.

Seperti ayam-ayam goreng di restoran cepat saji itu, ternyata serial drama Korea dan film India pun punya resep tersendiri agar laku dan dapat bersaing di pasaran. Meskipun sama-sama “menjual” cerita percintaan, tapi tetap punya perbedaan dan ciri khas masing-masing. Serial drama Korea menjual benci jadi cinta, film India menjual “temen jadi demen” (hehehe..). Kalau resep serial drama korea adalah kisah cinta segi empat, resep film india adalah cinta segi tiga.

Ketika di perhatikan, serial drama Korea hampir semuanya menggunakan resep seperti ini: Tokoh penentu cerita terdiri atas empat orang. 2 orang pemeran wanita (nanti kita sebut W1 dan W2), 2 orang pemeran pria (P1 dan P2). Meski tokoh sentral tetap W1 dan P1.

Pada awalnya, W1 menyukai P1, P1 menyukai W2, W2 menyukai P2 dan P2 menyukai W1. Kemudian berkembang menjadi P1 dan P2 yang akhirnya menyukai W1. Kemudian W2 yang agak mengganggu, ketika P1 dan W1 sudah saling suka.

Ataupun seperti ini, sedari awal P1 dan W1 sudah saling suka. Tapi ada rintangan karena masing-masing mereka di sukai oleh P2 dan W2.

Atau P1 dan W2, tadinya adalah mantan pacar. Namun, satu hal yang tak akan pernah berbeda adalah, selalu ada wanita yang di sukai oleh dua pria. Karakter tokoh-tokohnya kurang lebih biasanya seperti ini :

W1 : rapuh. Kalaupun tak rapuh, biasanya polos sehingga kadang nampak bodoh . Kadang ceroboh. Berasal dari keluarga biasa atau tak berpunya. Kariernya pun biasa, tapi pekerja keras. Tak secantik atau seseksi W2. Namun punya factor “X” yang tak dimiliki oleh W2. Inner beauty kali ya.

W2 : Tangguh, ambisius. Lebih cantik dan seksi dari W1. Punya karir lebih bagus dari
W1. Idaman para pria lah.

P1 : Angkuh, pemarah, pendiam, menyebalkan, kekanak-kanakan (bisa salah satunya, atau kombinasi). Kariernya tak bagus-bagus amat. Kalaupun bagus, tak akan sekaya P2. Kurang tampan. Kalaupun tampan, pasti P2 lebih tampan. Sering membuat W1 menderita.

P2 : Lembut, baik, penyabar, dewasa. Lebih tampan dan mapan dari P1. Seringkali menjadi penolong W1. Sebenarnya, tipe pria idaman wanita.

Intinya, selalu terjadi cinta segi empat, juga P1 dan W1 yang pada awalnya tak pernah akur. Selain itu, memperlihatkan pula logika yang kalah oleh cinta. Kalau sudah cinta, apa mau di kata (halah..).

Padahal sebagai penonton, sering kita (terutama wanita) berpendapat, bahwa sang pemeran utama wanita (W1) bodoh sekali karena lebih memilih P1 (yang menyebalkan) di banding P2. Padahal P2 jauh lebih baik dari P1. Lebih ganteng, kaya, dan mendekati sempurna.

Tapi dari situ terlihat juga, bahwa ternyata para pria akhirnya lebih memilih wanita biasa yang tak sempurna dan “bodoh sekali” itu, ketimbang sang wanita lain yang mendekati sempurna. Jadi sebenarnya, yang paling bodoh di sini siapa ya? Wanita atau pria, hahahahaha! Nasib P2 dan W2 pun biasanya di biarkan menggantung, belum di pertemukan dengan jodohnya. Tak percaya? Okeh, mari kita cek ke TKP satu persatu.

1. Serial Winter Sonata

Di masa SMA, Joon-Sang (P1) yang murid baru berkenalan dengan Yu-Jin (W1), Kim Sang-Hyuk (P2)dan Che-lin (W2). Tak lama, Joon-Sang dan Yu-Jin saling jatuh cinta. Di sisi lain Kim Sang-Hyuk menyukai Yu-Jin yang sudah berteman lama dengannya. Dan Che-lin menyukai Joon-Sang. Tapi kemudian Joon Sang mengalami kecelakaan dan di kabarkan meninggal. Yu-Jin sedih bukan kepalang. Di masa dewasa, Yu-Jin akhirnya akan bertunangan dengan Kim Sang Hyuk. Tapi tiba-tiba, muncul Li Min-hyung yang mirip sekali dengan Joon-Sang.

Lantas, diketahui bahwa Li Min-hyung yang berpacaran dengan Che-lin, ternyata adalah Joon Sang yang belum mati. Namun dia mengalami amnesia. Tak dapat di cegah, Yu-Jin menjadi dekat dengan Li Min-Hyung dan mereka tak bisa di pisahkan. Ingatan Li Min-Hyung kemudian pulih. Sayangnya, ada konflik keluarga dan kesalah pahaman di masa lalu, sehingga jadi sandungan bagi Yu-Jin dan Li Min-Hyung/Joon Sang. Namun tak usah khawatir, mereka akhirnya bisa bersatu. Dan nasib kedua teman mereka di biarkan menggantung, tak kunjung di berikan pasangan sampai akhir serial.

2. Serial Full House

Aduh, siapa pula yang tak kenal dengan serial ini. Pastinya familiar dengan Lee Young-Jae (P1) dan Han Ji-eun (W1). Juga pelengkap nya Yoo Min Hyuk (P1) dan Kang Hye Won (W2). Lee Young-Jae yang artis, suka pada Kang Hye Won sang desainer, sedari kecil. Tapi bertepuk sebelah tangan karena Kang Hye Won menyukai Yoo Min Hyuk (bos perusahaan penerbitan) yang juga teman sepermainan mereka waktu kecil dulu. Kesal di tolak, Lee Young Jae kawin kontrak dengan Han Ji-Eun yang terpaksa menerima karena iming-iming rumahnya di kembalikan. Dan lagi ada perjanjian tak ada kontak fisik, jadi aman.

Han Ji-Eun yang bercita-cita jadi penulis, bertemu dengan Yoo Min Hyuk, yang tak perlu waktu lama untuk menyukai nya sebab sikap Han Ji-Eun yang polos. Karena tinggal serumah, benih cinta Han Ji-Eun untuk Lee Young-Jae kemudian tumbuh. Dan lama-lama Lee Young-Jae pun menyukainya. Tapi perasaan suka seringkali mereka tunjukan dengan bertengkar. Namun, itulah yang membikin serial ini jadi seru. Akhirnya, Lee Young –Jae dan Han Ji-Eun memutuskan untuk menjadi suami istri betulan, bukan kontrakan. Yoo Min Hyuk dan Kang Hye Won tetap bernasib sebagai teman.

3. Serial Sassy Girl Chun Yang

Kalau masih belum terima dengan teori cinta segi empat, kita kupas yang ketiga. Tokoh-tokoh serial ini adalah Chun-Hyang (W1), Lee Mong Ryong (P1), Byun Hak Doo (P2) dan Chae Rin (W2). Chun-Hyang dan Lee Mong Ryong adalah anak SMA yang bagai kucing dan anjing. Karena suatu kesalah pahaman, mereka di paksa menikah oleh orang tua kedua belah pihak, sambil tetap melanjutkan sekolah. Padahal Lee Mong Ryong suka dengan kakak kelas nya Chae Rin, namun di tolak. Lalu Chae Rin merasa kehilangan akhirnya, dan meminta Lee Mong Ryong untuk kembali.

Di sisi lain ada yang menyukai Chun Yang yaitu Byun Hak Doo, seorang bos perusahaan entertainment. Pernikahan membuat “si kucing dan anjing’ perlahan saling suka. Tapi gangguan datang dari Byun Hak Doo dan Chae Rin yang selalu berusaha memisahkan mereka. Setelah beberapa tahun terpisah, akhirnya Chun-Hyang dan Lee Mong Ryong dapat kembali bersama. Bagaimana dengan nasib Byun Hak Doo dan dan Chae Rin? Ya, seperti biasa, di biarkan tanpa pasangan.

4. Serial Princess Hour

Ini juga serial yang booming di Indonesia. Bercerita tentang putra mahkota kerajaan bernama Pangeran Shin (P1), yang di jodohkan dengan rakyat biasa yaitu Chae-kyoung (W1), karena kedua kakek mereka dulunya berteman baik. Mereka menikah muda, karena terdesak oleh kerajaan yang harus segera mendapat pengganti. Padahal, Shin sebenarnya menyukai Min Hyo-rin (W2). Tapi di tampik, karena wanita ini focus pada ambisinya untuk menjadi seorang ballerina. Kemudian muncul Lee Yool (P2), sepupu Shin, yang oleh ibunya di plot untuk mengambil kembali kekuasaan, yang menurutnya merupakan hak Lee Yool, kalau saja ayah Lee Yool tidak keburu meninggal.

Hidup di Istana, seringkali membuat Chae-kyoung tak nyaman. Apalagi sikap Shin yang angkuh dan seringkali memicu pertengkaran. Tapi untunglah, ada Lee Yool yang selalu baik kepada Chae-kyoung dan diam-diam juga menyukainya. Biarpun sering bertengkar, tapi Shin dan Chae-kyoung mulai saling menyukai. Namun, muncul gangguan dari Min Hyo-Rin yang menginginkan Shin. Yah, walau badai menghadang, Pangeran Shin dan Chae Kyoung akhirnya bisa mempertahankan pernikahan dan cinta mereka. Sedangkan Min hyo-rin dan Lee Yool, di biarkan tak punya pasangan tuh.

5. Serial Coffee Prince

Goo Eun Chan (W1) adalah seorang wanita tomboy, yang saking tomboy nya sampai di kira benar-benar lelaki tulen. Demi pekerjaannya di Kedai Coffee Prince yang hanya menerima karyawan pria, Goo Eun Chan terpaksa berpura-pura. Kedai ini milik seorang pria bernama Han-kyeol (P1). Ia memiliki sepupu, seorang produser music bernama Choi Han Sung (P2) yang di tinggal pacarnya Han Yoo Joo (W2) begitu saja. Han-kyeol juga rupanya menyukai Han Yoo Joo secara diam-diam selama 9 tahun. Goo Eun Chan, kenal baik dengan Choi Han Sung, karena selama ini ia bekerja juga sebagai pengantar susu ke rumah Choi Han Sung. Karena keunikannya, Goo Eun Chan pun di sukai oleh Choi Han Sung. Namun kemudian mantan kekasih si pria produser ini, yang tak lain adalah Han Yoo Joo, muncul kembali meminta berbaikan. Sayangnya di tolak.

Saking seringnya berinteraksi, perlahan Han-kyeol menyukai Goo Eun Chan. Dan ia merasa khawatir dengan dirinya sendiri karena menjadi seorang penyuka sesama “pria”. Karena dia belum tahu bahwa sebenarnya Goo Eun Chan adalah seorang wanita. Kadung cinta, Han-kyeol berpacaran dengan Goo Eun Chan. Dan menerima keadaan dirinya yang ternyata “homoseksual”. Goo Eun Chan yang sebenarnya juga suka pada Han-Kyeol, terima-terima saja. Walaupun dia dianggap sebagai laki-laki. Namun, terbuka juga indentitas Goo Eun Chan pada akhirnya. Dan tentu saja, Han-Kyeol patut merasa lega karena ternyata dirinya masih normal.

6. Serial Pasta

Seo Yoo Kyung (W1) seorang koki yang masih level bawah, bekerja di restoran terkenal ‘La Sfera”. Impiannya adalah menjadi koki level elit. Namun selama 3 tahun ini, dia hanya menjadi asisten para koki yang disuruh mencuci perkakas dapur dan ambil ini, ambil itu. Lalu muncul Chef baru bernama Choi Hyun Wook (P1) yang memimpin para koki restoran La Sfera, menggantikan Chef lama yang baru di berhentikan. Choi Hyun Wook tidak suka ada wanita di dapurnya. Karena trauma dengan pengalamannya di curangi dalam kompetisi memasak oleh pacarnya Oh Sae Young (W2) yang juga Chef, ketika dulu sama-sama belajar di Italia. Semua koki wanita di pecat. Kecuali Seo Yoo Kyung yang dengan susah payah akhirnya mendapatkan pekerjaannya kembali.

Namun tak mudah bagi Seo Yoo Kyung (dan juga koki lainnya), karena Choi Hyun Wook adalah seorang Chef super galak yang perfeksionis. Berkali-kali koki restoran kena damprat. Dan tentu saja yang paling sering adalah See Yoo Kyung. Biar begitu, See Yoo Kyong ternyata menyukai Choi Hyun Wook sejak pandangan pertama. Rupanya, gayung bersambut. Choi Hyun Wook yang galak menerima cintanya.

Tapi hubungan mereka bisa menyebabkan skandal, sehingga mereka merahasiakan dan kucing-kucingan dari koki-koki yang lain. Sementara itu, sang pemilik restoran Kim San (P2), diam-diam telah menyukai Seo Yoo Kyung sejak lama. Namun tak sedari dulu dia ungkapkan. Oh Se Young yang pernah pula berpacaran dengan Kim San (tapi mereka memutuskan untuk bersahabat), masuk dapur restoran dan menjadi Chef, untuk kembali mendekati Choi Hyun Wook yang masih dia cintai. Di akhir, Seo Yoo Kyung masih tetap bersama dengan Choi Hyun Wook. Sedangkan Oh Se Young dan Kim San, masing-masing masih sendiri.

7. Serial My Name is Kim Sam Soon

Kim Sam Soon (W1) adalah seorang koki pastry yang butuh pekerjaan. Dia bekerja di restoran Perancis “Bon Appetit” yang tadinya menolaknya. Namun karena kue buatannya enak, manajer yang juga pemilik restoran bernama Jin Heon (P1) , akhirnya mempekerjakannya. Jin Heon di paksa terus untuk menikah oleh nenek nya. Sampai di jodohkan berkali-kali. Karena lelah, Jin Heon menawarkan bayaran pada Kim Sam Soon agar mau pacaran kontrak dengannya. Karena sedang membutuhkan uang, Kim Sam Soon menerima.

Biarpun pacarannya pura-pura, tapi cinta bersemi di hati Kim Sam Soon. Karena perhatian-perhatian Jin Heon padanya. Namun Hee Jin (W2), mantan pacar Jin Heon yang dulu meninggalkannya ke Amerika untuk belajar, tiba-tiba muncul bersama seorang dokter bernama Henry (P2). Hee Jin ingin kembali pada Jin Heon. Karena masih sakit hati, permintaan tersebut di tolak.

Henry yang sebenarnya mencintai Hee Jin, menjelaskan pada Jin Heon bahwa sebenarnya kepergiannya selama ini adalah untuk mengobati penyakitnya yang dapat mengakibatkan kematian. Mendengar hal itu, akhirnya Jin Heon memaafkan Hee Jin. Kim Sam Soon sadar, Jin Heon masih mencintai Hee Jin. Maka ia mundur. Namun setelah beberapa lama, Hee Jin juga menyadari bahwa cinta Jin Heon bukan lagi untuknya. Akhirnya Jin Heon diserahkan kembali pada Kim Sam Soon. Hee Jin pulang kembali ke Amerika bersama Henry, dan memulai hidup baru di sana.

8. Serial Wedding

Lee Se Na (W1)mendambakan pendamping hidup yang yang ideal. Dan kriteria itu ia temukan pada Han Seung Woo (P1), yang ditemui nya pada acara perjodohan. Namun Han Seung Woo tak terlalu menanggapi, karena belum dapat melupakan cinta pertamanya.

Shin Yun Soo (W2), cinta pertama Seung Woo telah lama hidup bersama dengan kekasihnya Seo Jin Hee (P2)di luar negeri. Ketika kembali ke tanah air dan Jin Hee melamarnya, Yun Soo tentu sangat bahagia. Namun hubungan mereka mendapat pertentangan dari pihak keluarga Jin Hee.

Yun Soo kembali bertemu dengan Seung Woo. Cinta lama bersemi kembali. Namun Seung Woo kaget waktu mengetahui sang pujaan hati telah dilamar orang dan akan segera menikah. Seung Woo yang merasa tidak memiliki harapan lagi terhadap Yun Soo akhirnya menikahi Lee Se Na.

Ternyata Yun Soo tidak jadi menikah dengan Jin Hee. Dia merasa hampa ketika tahu bahwa Seung Woo telah menikah. Kemudian berusaha mendapatkan hati Seung Woo kembali. Seung Woo bimbang. Di satu sisi, ia masih menyukai Yun Soo. Namun di sisi lain, ia juga mulai menyukai Lee Se Na yang adalah istrinya. Bahtera rumah tangga teruji, bahkan sempat karam menuju perceraian. Tapi, akhirnya bahagia juga.

-I-

Nah, beda lagi dengan film India. Resepnya kebanyakan seperti ini : Tokoh penentu cerita terdiri atas 3 orang. 2 wanita, 1 laki-laki. Atau 2 laki-laki 1 wanita. Yang pasti akan terjadi cinta segi tiga. Dan selalu saja ada cinta yang berawal dari hubungan pertemanan. Nih film-film nya.

1. Kuch-Kuch Hota Hai

Sepertinya film ini yang mengawali trend cinta segitiga, “dari temen jadi demen”. Alamak, yang gak tahu pasti gak punya tivi. Karena film ini sudah berkali-kali di tayangkan ulang. Dari mulai gambarnya masih kinclong, sampai gambarnya ke kuning-kuningan (kayak baju putih belel yang sering cuci-pake-cuci-pake,hehe..).

Ceritanya, Rahul (Shahrukh Khan) temenan banget sama Anjali (Kajol). Anjali suka sama Rahul, tapi gak bilang-bilang. Tiba-tiba dateng Rani (Rani Mukherjee) yang bikin Rahul jatuh cinta. Singkatnya Rahul dan Rani menikah, sedangkan Kajol pergi dengan hati yang patah. Tapi Rani meninggal tak lama kemudian. Trus setelah sekian lama, Rahul dan Kajol ketemu lagi. Dan muncul tunas cinta yang tumbuh dengan cepat karena dari sebelumnya sudah ada pupuk persahabatan. Jadi deh Rahul dan Kajol menikah pada akhirnya.

2. Kal Ho Na Ho

Naina (Preity Zinta) yang agak pemurung, bersahabat dengan Rohit (Saif Ali Khan). Rohit suka pada Naina, tapi tak pernah memberitahukan (begitulah kalau dari temen jadi demen, susah bilangnya,hehehe..). Kemudian muncul Aman (Shahrukh Khan) yang sangat ceria. Yang membikin Naina bahagia, tak lagi murung, dan juga.. jatuh cinta. Aman sebenarnya merasakan hal yang sama. Tapi karena dia ternyata sedang sekarat, akhirnya pura-pura tak peduli.

Aman kemudian menjodoh-jodohkan Naina dengan Rohit. Karena Aman pikir, akan sangat menyakitkan untuk Naina bila mencintainya, yang sebentar lagi akan mati meninggalkannya. Sedangkan dengan Rohit, Naina bisa berpanjang-panjang usia dan ada yang dapat mencintai serta menjaga lebih lama (padahal umur siapa yang tau ya? hehe..). Intinya, Aman tak ingin Naina jadi pemurung lagi dan tak bahagia. Memang, akhirnya Aman meninggal. Naina dan Rohit, berumah tangga sampai tumbuh uban di rambut mereka.

3. Mujhse Dosti Karoge

Raj (Hrithik Roshan), Pooja (Rani Mukerji) dan Tina (Kareena Kapoor), temenan waktu kecil. Raj suka sama Tina yang atraktif dan lincah. Tapi Raj dan keluarga pindah ke Inggris, dan dia minta supaya Tina selalu saling berkirim email dengan nya. Tapi Tina males buat email2an. Akhirnya nyuruh Pooja buat balesin. Dari kecil ampe gede email2an dan akhirnya tumbuh bibit2 suka. Tapi Raj gak tau kalau yang selama ini ber-email ria dengan nya bukanlah Tina, melainkan Pooja.

Pas udah gede, Raj balik ke India, tapi dia gak ngenalin sosok Pooja yang selama ini selalu berbagi cerita dengannya. Melainkan matanya langsung tertuju pada Tina yang memang tetap atraktif lincah, cantik dan di tambah lagi seksi. Singkat cerita, Raj akhirnya tau Pooja lah yang sebenernya dia suka. Tentu dong dari sana muncul konflik serius. Tapi akhirnya happy ending. Raj nikah sama Pooja. Begitulah.

4. Dil To Pagal Hai

Rahul (Shahrukh Khan) dan Nisha (Karisma Kapoor) sahabatan. Dan selalu jadi pasangan nari di panggung pementasan. Nisha suka sama Rahul (lagi-lagi gak pernah bilang), sedangkan Rahul hanya menganggapnya sahabat. Trus Rahul mau bikin pementasan yang karakternya gak cocok di perankan lagi sama Nisha. Akhirnya buka audisi dan keterimalah Pooja (Madhuri Dixit). Bisa ketahuan dong, pasti Rahul sama Pooja bakal saling suka. Konfliknya, Pooja udah di lamar sama pria dari keluarga yang selama ini udah baik banget sama dia. Tapi pria India memang penyabar dan lapang dada, hehe.. Jadi akhirnya, Rahul dan Pooja bisa bersatu.

5. Hum Dil Dhe Cuke Sanam

Samir (Salman Khan) yang turunan India-Italia tinggal di rumah bapaknya Nandini buat belajar nyanyi lagu-lagu klasik. Jatuh cinta lah mereka. Kemudian ada Vanraj (Ajay Devgan), anak sahabat baik bapaknya Nandini yang juga suka sama Nandini. Keluarga Nandini menilai Samir kurang cocok, akhirnya Nandini di nikahkan dengan Vanraj. Biarpun udah suami istri, tapi Nandini tak bersikap selayaknya istri. Dan tak lama kemudian, Vanraj mengetahui tentang Samir dari surat-surat cinta yang dia temukan.

Dasar memang pria India punya hati yang besar, akhrinya Vanraj rela nemenin Nandini untuk nyari Samir yang udah pulang ke Italia, asalkan Nandini bahagia. Di Italia ternyata terjadi accident yang bikin Nandini sadar, betapa baik dan mulia nya hati sang suami. Perlahan, mulai suka deh sama suaminya. Nah, ketika Vanraj sudah berhasil mempertemukan Nandini dengan Samir, eh malah Nandini memutuskan untuk kembali ke suaminya alias Vanraj. Karena ternyata hati Nandini sudah terengkuh oleh Vanraj, meski cinta Samir tak berubah untuk Nandini. Cie..cie..

6. Devdas

Devdas (Shahrukh Khan) dan Parvati (Aishwarya Rai) temenan dari kecil dan saling suka. Tapi mereka beda kelas. Devdas dari keluarga kelas atas, Parvati dari keluarga kelas biasa-biasa aja. Perjalanan menuju pernikahan terhalang karena keluarga Devdas tak menyetujui. Karena udah putus asa, akhirnya Devdas nulis surat agar Parvati melupakannya. Kebetulan, ada duda kaya yang sudah ngelamar Parvati. Dengan hati terluka, dia nerima pinangan sang duda kaya, walaupun tanpa cinta. Sementara Devdas jadi tukang mabuk-mabukan dan main sama wanita penghibur, si Chandramukhi (Madhuri Dixit) yang mencintai Devdas walaupun tak berbalas. Tapi tumben-tumbenan, ending cerita yang ini agak tragis. Karena si Devdas akhirnya mati.

7. Har Dil Jo Pyar Karega

Raj (Salman Khan) menemukan Pooja (Rani Mukherjee) yang kecelakaan dan membawanya ke rumah sakit. Tapi Pooja koma. Dan ketika keluarganya menengok, di ketahuilah bahwa Pooja baru saja kawin lari dengan yang namanya Romi. Tapi keluarga tak tahu siapa Romi, sehingga Raj mengaku-aku sebagai Romi. Karena ternyata keluarga Pooja adalah orang kaya, jadi lumayan lah, Raj bisa numpang hidup enak. Eh, tiba-tiba muncul Janvi (Preity Zinta), sahabat Pooja yang bikin Raj jatuh cinta.

Belakangan, Janvi juga suka sama Raj dan tahu identitas yang sebenarnya. Raj pun kebingungan karena sudah terlanjur jadi “suami” Pooja. Bingungnya di tambah lagi, karena akhirnya Pooja sadar dari koma. Tapi dia gak membongkar identitas Raj, karena ternyata Pooja juga sama Raj. Yah, cinta segitiga deh. Ending nya sih, Raj jadinya sama Janvi, karena tiba-tiba muncul Shahrukh Khan (special appearance) yang sepertinya akan jadi jodohnya Pooja kemudian. Lagian, siapa juga yang bisa menolak seorang Shahrukh Khan,hehe.. Untung ada dia, jadi happy ending banget deh :p

8. Chori-Chori Chupke-Chupke


Biarpun gak bermula dari temenan, tapi ini tetap cinta segitiga. Priya (Rani Mukherjee) dan Raj (Salman Khan) adalah sepasang suami istri. Priya sedang mengandung anak yang di tunggu-tunggu oleh kedua keluarga. Tapi tak dinyana, saat hamil besar, Priya terjatuh. Anaknya gak selamat dan Priya di vonis tak bisa hamil lagi karena rahimnya harus di angkat. Mereka gak berani memberitahukan keluarga, karena takut mereka kecewa. Kemudian Priya beride untuk menyewa seorang wanita yang akan mengandung benih Raj. Terpilih lah Madhubala (Preity Zinta) yang seorang pelacur. Dia mau, karena di imingi bayaran tinggi.

Singkatnya, Madhubala hamil besar. Tapi kemudian dia jatuh sayang sama bayi yang di kandung dan keluarga besar Raj, juga jatuh cinta sama Raj. Namun akhirnya, dia mampu berbesar hati. Bayi nya yang sudah lahir, dia berikan pada Priya dan Raj. Uang bayarannya dia kembalikan, tak di ambil sepeserpun. Lalu dia pergi jauh-jauh meninggalkan keluarga Priya dan Raj.

-I-

Meski serial-serial drama korea serta film-film india ini mengangkat tema yang sederhana seputar percintaan dan ending nya gampang ketebak, tapi kemasannya yang bikin menarik. Masih bermodal dan kreatif lah. Proses tokoh-tokohnya menuju ending pun, menimbulkan sensasi dan rasa penasaran. Setting nya jelas beragam, di ulik dan di gali. Tidak hanya sekedar tempelan. Ini yang membuat penonton tetap suka, meski “resep” nya itu-itu juga. Dan satu hal lagi, mereka tidak lupa diri dengan melupakan kata “tamat” atau “the end”. Berikut beberapa kupasannya :

1. Serial Winter Sonata di kemas dalam setting musim salju, dengan pemandangan pulau Nami yang cantik. Juga ada benda pengindentik. Yaitu kalung bintang, yang merupakan bintang Polaris.

2. Serial Full House, membidik dunia selebritis. Biarpun setting nya kebanyakan di rumah, tapi setiap sudut di eksplor. Sehingga tidak membosankan. Ada kata-kata pengidentik juga, yaitu panggilan “dasar burung” untuk Lee Young Jae, dan “panic nasi” untuk Han Ji-Eun.

3. Serial Sassy Girl Chun Yang dengan setting sekolahan. Benda pengidentik nya pun ada, yaitu aksesoris-aksesoris buatan Chun Yang.

4. Serial Princess Hour dengan setting istana kerajaan korea yang lengkap dengan protocol-protokolnya. Dan benda pengidentik nya adalah boneka-boneka beruang kecil nan lucu.

5. Serial Coffee Prince, sudah jelas lah, settingnya kedai kopi. Dan begitu mengulik tentang kopi. Benda pengidentik nya, ya kopi-kopi unik buatan barista. Menontonnya, membuat kita ingin menjadi seorang barista juga.

6. Serial Pasta. Sepanjang episode, setting nya dapur restoran melulu. Sesekali ada setting apartemen, meja-meja tamu, dan pasar. Tapi tak bosan walaupun begitu. Karena serial ini begitu mengulik tentang profesi seorang Chef masakan Itali yang tidak hanya oseng-oseng, tapi juga punya kode etik, level koki dan bisa di bilang “seniman” makanan. Ada hewan pengidentik nya juga. Yaitu dua ekor ikan mas kecil.

7. Serial My Name is Kim Sam Soon. Ber setting restoran Prancis dengan ke khasan pada pastry nya. Gambar kue-kue nikmat pun “diobral”, sampai membuat air liur menetes.

8. Serial Wedding. Setting khasnya adalah toko bunga. Benda pengindentik nya adalah sebuah pohon besar di kampung halaman.


Di luar ketidak logisannya (orang bisa berpindah tempat dan kostum dengan sekejap, hanya untuk bernyanyi-nyanyi mengungkapkan perasaan), film India selalu meriah dengan warna-warna. Keindahan alamnya di eksplor (biarpun aslinya banyak tempat kumuh), adat budaya nya di eksplor (semacam acara dilwali, tujuh bulanan ala India, dll), tari-tari an nya, dan pakaian sarinya. Juga tak pelit budget, untuk menampilkan tempat-tempat indah di luar negeri. Dan yang tak kalah menarik, film-film India masih mementingkan kewajiban bersikap hormat pada orang tua. Sebagaimana pun karakter seorang anak, pasti luluh kalau sudah di hadapkan dengan orang tua nya.

Lha, klo film Indonesia mana laku di luaran. Ibarat ayam goreng, yang di jualnya juga ayam “TIREN”, alias mati kemaren alias bangke alias cerita-cerita hantu. hahahahaha! Bumbu nya juga aneh-aneh. Lazimnya asam manis atau pedas manis, ini malah pakai bumbu pahit pedas (hantu dan esek-esek). Ada judul Hantu Keramas, Miyabi Hantu Tanah Kusir, Dendam Pocong Mupeng, Rintihan Kuntilanak Perawan, Diperkosa Setan, Hantu Jamu Gendong, Hantu Jeruk Purut, Hantu Puncak Datang Bulan, buahahahaha… gak sanggup lagi nyebutin yang lainnya. Malah ada yang nyangka kalau film Hantu Keramas di sponsori sebuah produk shampoo dan Hantu Puncak Datang Bulan di sponsori produk pembalut wanita. Gakgakgakgakgak!


Tapi, ada aja orang yang beli ayam tiren dan di bodohi oleh penjualnya. Penjual tadinya beli ayam tiren dengan harga murah, kemudian dengan cepat balik modal dan dapat untung karena menjualnya lagi seharga ayam segar. Peduli amat dengan pembelinya yang bisa teracuni. Begitu pula dengan sinema kita, ada aja yang nonton film jenis “tiren”, dan mau-mau nya di bodohi oleh produser. Untuk bikin film begitu kan modal nya sedikit karena prosesnya cepat dan gampang juga balik modalnya. Peduli amat dengan penonton yang bisa teracuni pikirannya.

Setali tiga uang dengan sinetron-sinetronnya (itu juga kalau masih bisa di bilang sinetron ya, hehe.. saking panjangnya). Awalnya segar dan menarik. Tapi karena kelamaan dan lupa diri untuk “tamat”, jadilah rasanya tak karuan. Kereta api aja yang panjang, masih bisa kelihatan ujungnya. Lha, kalau sinetron belum tentu ciiiiin! heuheu..

Lagi-lagi kalau di umpamakan dengan ayam goreng, sinetron-sinetron kita itu ibarat kata lagi ngegoreng ayam. Ayam nya segar sih, bukan tiren. Tapi karena kelamaan di goreng, jadi gosong deh!. Yah, siapa juga yang mau makan goreng ayam gosong. Kayaknya kalau minyak atau gas nya belum habis, belum puas gitu ngegorengnya. Apa mau di kata, kalau sudah gosong parah gak ketulungan gitu, ya di buang lah.



Persis sinteron kita. Kalau iklannya masih lancar jaya, itu cerita di bolak balik, di reka-reka sampai kepala penulis sekenario nya ngebul. Yah, paling standar juga sih, tokoh di certain sampe beranak cucu cicit, di bikin mati trus ada kembarannya dan eh ternyata sebenernya dia belum mati, di bikin amnesia lah, atau ternyata anaknya ketuker dan klise-klise lainnya. Alamak, gosong sekali sinetron kita!

Bukan ingin mengagung-agungkan serial drama korea atau film India, karena belum tentu juga semuanya bagus dari segi sinematografi, moral atapun logika cerita. Tapi setidaknya, mereka masih mengembangkan kreativitas dalam mengemas, berusaha tidak menggadaikan kualitas demi bisnis semata (sekalipun orientasi nya bisnis hiburan tok, tapi kualitas masih di pikirkan), mampu bersaing di negara atau benua lain, masih menghargai kemampuan manusia untuk berpikir dan bersinergi dengan negerinya. Serial-serial Korea dan film-film India, mampu menjadi corong untuk memperkenalkan budaya mereka dan menarik wisatawan untuk datang ke negaranya.

Bukannya film-film atau sinetron-sinetron Indonesia tak ada yang bagus. Tapi sekarang ini, jumlahnya kalah banyak dengan film yang tiren dan sinetron yang gosong. Sangat kalah banyak. Tapi mampu juga kok untuk menarik wisatawan mancanegara. Hanya saja khusus untuk wisatawan yang bermaksud uji nyali dan uji kesabaran. Uji nyali karena banyak hantunya, uji kesabaran karena saking panjangnya.