Kamis, Januari 06, 2011

Hutang: Lunas!



Bagaimana perasaan para supporter sepakbola yang berminggu-minggu telah diberikan tontonan menarik tentang performa timnas mempercundangi tim-tim lawan dengan gemilang,kemudian berkeyakinan tanpa setitik pun ragu sembari menunggu-nunggu dengan gairah akan kemenangan Indonesia vs Malaysia di Bukit Jalil, tapi menemukan kenyataan pahit bahwa tim kesayangan di tekuk tak berkutik 3-0? Pasti kecewa luar biasa! Meski sedikit terobati dengan kemenangan timnas di Gelora Bung Karno, kekecewaan tetap tak bisa sirna karena tak berhasil menjadi juara yg memangku piala AFF yang di damba-damba.

Bagaimana perasaan saya sebagai penggemar tetralogi Laskar Pelangi, yang telah disuguhi tiga buku luar biasa mulai dari Laskar Pelangi, Sang Pemimpi disusul Edensor, yang dari buku ke bukunya memberikan kisah yang semakin menarik dan inspiratif , kemudian dengan keyakinan penuh bahwa buku keempat akan jauh menghadirkan kemenarikan dan inspirasi dibanding pendahulunya, dan tiba-tiba merasakan gairah tak terbendung menunggu-nunggu terbitnya buku pamungkas Maryamah Karpov, tapi ternyata harus menelan pahit kenyataan bahwa tak sedikit pun Maryamah Karpov ataupun sesosok perempuan sendu yang memainkan biola hadir dan berjalin dengan alur cerita dari awal paragraf sampai akhir? Sungguh kekecewaan yang tak tertolong!

Tak ada yang membosankan dari buku pamungkas Maryamah Karpov. “Mendengarkan” tutur si Ikal tentang adat orang melayu udik soal nama julukan yang melekat sampai mati, sungguh membuat terpingkal-pingkal. Tapi setelah tawa,selesai sudah. Tak ada yang bisa dikenang. Memang agak tertolong dengan kisah A Ling yang sebelum-sebelumnya membikin penasaran. Namun tetap saja buku ini mengecewakan fantasi yang telah dibangun melalui tiga buku pendahulu. Rasanya kering inspirasi. Dan pupus sudah harapan untuk menyibak misteri Maryamah Karpov.

Kekecewaan tak juga surut, meski Dwilogi terbaru Andrea Hirata telah terbit. Berkali-kali ketika akan membeli buku ini, selalu urung di saat terakhir. Karena takut “patah hati” terulang lagi. Tak sangka, sebegitu dahsyat nya luka ini.
But, time heels wound. Waktu menyembuhkan luka. Setelah sekian lama ekor mata ini selalu melirik diam-diam ke arahnya, akhirnya hati berketetapan untuk menyelami dwilogi Padang bulan dan Cinta di Dalam Gelas.

Mendapati bagian-bagian awal dari Padang Bulan, hati terkesan oleh Syalimah, Zamzami,Enong dan keromantisan Ikal pada A Ling. Untuk selanjutnya bertemu lagi dengan kekocakan yang dihadirkan M.Nur, Jose Rizal juga si Ikal sendiri. Hati yang tadinya terkesan, mulai surut lagi. Andrea please, saya tidak hanya menginginkan komedi.

Namun sepertinya, kekocakan di bagian pertama tadi disengaja sebagai pemanasan dan pengantar untuk menyelami bagian kedua Cinta di Dalam Gelas.

Dan Aha! Tak disangka-sangka, terjadi kejutan. Tokoh yang sedari dulu menimbulkan rasa penasaran itu akhirnya muncul di bagian kedua ini. Sosok yang namanya hanya tertulis di sampul buku, namun tak pernah diperkenalkan dengan layak oleh si pengarang. Ya, ternyata dalam dwilogi inilah Maryamah Karpov yang sesungguhnya menjelma. Pertemuan saya dengan perempuan ini sungguh mengesankan. Akhirnya dia hadir, dan lebih dari itu dia sangat inspiratif. Cinta di dalam Gelas dikuasai penuh olehnya. Terbayar sudah rasa kecewa yang dulu, dengan kehadirannya di bagian kedua . Sungguh, sebenarnya bagian inilah yang pantas di beri judul Maryamah Karpov.

Dalam pikiran saya, Andrea “si Ikal” Hirata dapat merasakan kekecewaan pembacanya dalam novel terdahulu. Dan dia mengobatinya melalui dwilogi ini. Pasion Andrea terhadap sosiologi yang pernah dimunculkan dalam tetraloginya dan yang saya anggap hanya komedi pun, akhirnya baru dapat saya pahami dalam dwilogi kali ini. Menarik sekali mengetahui bahwa banyak hal yang bisa diungkap dari segelas kopi. Dan yang patut dipuji dari dwilogi ini adalah kemampuan Andrea menjadikan sebuah turnamen tingkat kampung menjadi sama menariknya dengan turnamen tingkat dunia. Kekuatan deskripsinya memang tak bisa dipungkiri.

Nah, Kekecewaan saya sebagai penggemar tetralogi Laskar Pelangi telah tergenapkan dengan dwiologi ini. Bagaimana dengan kekecewaan para supporter timnas Indonesia? Rasa-rasanya belum bisa terlunaskan. Timnas masih berhutang. Dan harus belajar dari kekalahan kemarin. Semoga timnas bisa menghadrikan “Maryamah Karpov” nya di Sea Games mendatang.


“Berikan aku sesuatu yang paling sulit, aku akan belajar”. Belajar dengan keras hanya bisa dilakukan oleh seseorang yang bukan penakut.