Kamis, Juni 30, 2011

Jamaaaah..., oooh jamaaaah...!


Sumber : kartunnyaiwaniwe.blogspot.com

Ketika masih SMP, menjelang Ramadhan biasanya ada kegiatan "kuramasan" di sekolah saya. Maksudnya bukan acara keramas bareng-bareng, tapi semacam tabligh akbar. Dimana pada hari itu, pihak sekolah mengundang seorang ustadz untuk menyampaikan ceramah kepada seluruh warga sekolah.

Orang-orang yang mendengarkan sang ustadz, tak jarang selalu terbahak-bahak (termasuk saya). Pasalnya, ustadz tersebut banyak sekali menyampaikan humor-humor yang membikin perut sakit. Tapi saking kebanyakan humor, yang keinget ya malah yang lucu-lucunya. Isi ceramahnya gak ketangkep. Abis acara, bubar aja seperti buih di lautan. Gak bawa apa-apa, selain bahan lawakan baru buat diceritakan ke orang lain.

Ketika tahun depannya ngundang ustadz itu lagi, alasannya semata-mata karena beliau lucu, bukan karena isi ceramahnya yang menggugah. Ya mungkin agar murid-murid yang masih usia belasan tetap betah mengikuti acara. Tapi tujuan utama seorang ustadz beceramah, bukan untuk menghibur kan?

Humor/lawakan bisa jadi jalan bagi para ustadz untuk menyampaikan ceramah. Ngejaga juga biar yang ngedengrin gak ngantuk. Namun rasanya kurang baik apabila yang terjadi malah sebaliknya. Ketika ceramah berubah menjadi ajang melawak. Gara-gara hal ini, saya sempat berburuk sangka terhadap seorang ustadz yang akhir-akhir ini makin di kenal, seiring dengan kemunculannya di salah satu televisi swasta. Siapa yang tak kenal dengan sapaan "jamaaaaaaah! ooooo jamaaaaah! Alhamduuu...lillaaaah"

Waktu itu saya sedang di Bogor, di rumah seorang kawan yang akan menikah. Masih ingat ketika pertama kali menyaksikan beliau di televisi pas subuh hari. Yang langsung terlintas dalam pikiran adalah eh buset (ralat: astagfirullah), ni ustadz lebay banget! jangan-jangan ada pelawak OVJ yang kabur ya? Soalnya performance beliau hampir mirip Sule ketika sedang beraksi.

Pengalaman saya waktu SMP serasa terulang kembali. Seketika, skeptis lah saya pada ustadz kocak tersebut. Biarpun pas muhasabahnya, kadang suka bikin nangis para artis (yang di undang ke acara ceramah televisi tersebut), namun buat saya malah terasa kering.

Akhirnya, terpikir untuk menulis tentang fenomena ustadz tersebut. Kemudian di mulai lah riset kecil-kecilan. Dari mulai menyaksikan kembali acara beliau di televisi, sampai mengunduh ceramah-ceramahnya dari youtube. Hasilnya, tak jauh beda. Meski memang ketika sedang menyampaikan ceramah di luar televisi, pesan-pesannya lebih dapat saya tangkap. Usut punya usut, ternyata karena kadar "ke-lebay-an" nya lebih rendah daripada ketika sedang ceramah di televisi.

Nah, semalam ternyata pas sekali. sehabis ceramahnya tayang, kemudian beliau menjadi bintang tamu di acaranya Tukul "Reynaldi" Arwana alias Bukan Empat Mata. Tak sangka, dari sini saya melihat sisi lain dari beliau.

Jawaban-jawaban yang beliau kemukakan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang Tukul lontarkan, mampu membuat saya berpikir ulang. Rupaya beliau tak selalu lebay. Malah saya rasa, ucapan-ucapan beliau di talk show tersebut lebih menyentuh ketimbang ketika sedang berceramah. Lebih mampu membuat kita (setidaknya saya) mengingat Allah Subhanawata'ala. Lalu dalam hati saya bilang, ustadz, kenapa gak kayak gini aja sih pas ceramah? Kocaknya tetap ada. Udah bawaan kali ya. Tapi saya rasa pas. Tak berlebihan.

Mohon maaf ya ustadz, saya telah berburuk sangka (ustadz nya suka baca blog gak ya?). Semoga saya dan lebih banyak orang lagi, bisa sering-sering mendengarkan ucapan-ucapan ustadz yang menggugah seperti di acara kemarin malam. Sehingga ustadz dapat membuat umat yang banyak ini tak seperti buih di lautan.

Jamaaaah..., oooh jamaaah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

what's ur comment?