Selasa, Juni 28, 2011

Cheeni Kum : Pesona Amitabh Bachan yang Tanpa Gula



Film-film romantis yang saya suka dan sanggup di tonton berkali-kali dengan kesan yang tetap sama seperti ketika pertama kali menonton nya , biasanya berasal dari Hollywood. Seperti The Terminal, Before Sunrise, When Harry Met Sally,dll. Namun kali ini, ada kejutan dari Bollywood. Sebuah film bergenre komedi romantis, dengan ramuan berbeda dari film Bollywood kebanyakan : Cheeni Kum. Tanpa gula, tanpa tarian, tanpa pamer dada dan pinggul, namun tetap manis. Lebih rasional dan mengedepankan dialog-dialog cerdas seperti dalam Before Sunrise. Ditambah lagi dengan latar cerita yang selalu saya suka, yaitu tentang koki. Voila!

Semua berawal dari gula. Ketika sebuah masakan bernama Hyderabadi Zafrani Pulao, kembali ke dapur bersama pelayan restoran Spice6 dalam keadaan masih utuh. Pelanggan yang memesan, menilainya terlalu manis. Padahal citarasa asli masakan India tersebut adalah tanpa gula. Ditambah lagi, pelanggan tersebut menyebut restoran nya sebagai restoran India palsu. Tentu ini adalah sebuah perlukaan ego bagi seorang Chef perfeksionis spesialis masakan India dan sekaligus pemilik restoran, Budhadev Gupta (Amithabh Bachan). Berpuluh-puluh tahun restorannya berdiri, yang selalu kembali ke dapur adalah piring kosong, bukan piring dengan makanan utuh. Restoran bukan sembarang restoran. Spice6 adalah restoran India terlaris di kota London.



Tanpa mengecek rasa makanan, Budha langsung pergi menemui pelanggan yang mengembalikan pesanannya, gadis India bernama Neena Verma (Tabu) dan sahabatnya Shalini (Kanwal Toor). Dengan pandangan tertuju pada Neena, sang Chef menyindir bahwa Zafrani Pulao yang biasa dia makan pasti di buat dengan asal. Kemudian menganjurkan pada Neena agar menelfon ibunya di India untuk mengajari bagaimana membuat Zafrani Pulao yang asli. Lewat sikap tenang namun kata-kata yang sungguh sepedas cabe bhut jolokia, Budha membuat keduanya menganga tanpa kesempatan untuk menjelaskan. Tentu saja duo sahabat itu tersinggung, dan langsung meninggalkan restoran dengan kesal.

Keesokan hari, sebuah Hyderabadi Zafrani Pulao kembali masuk ke dapur restoran. Budha heran, kemudian langsung mencicipinya. Dengan ala Pak Bondan, dia menilai cita rasanya dan mengatakan bahwa masakan tersebut paling lezat sedunia. Hanya lidah mati rasa yang menolak masakan restorannya itu. Namun tiba-tiba, sang pelayan mengatakan bahwa Zafrani Pulao tersebut tidak berasal dari dapur mereka, melainkan seseorang mengirimkannya khusus untuk sang Chef. Bisa ditebak, memang Neena lah yang mengirimnya langsung.

Ealah, usut punya usut, ternyata penyebab kekacuan ini adalah salah seorang koki bernama Babu. Seharusnya garam yang di masukan ke dalam masakan Zafrani Pulao, namun malah gula yang dia ambil. “Penerbangan ke India, besok jam 10 pagi”, bahasa pemecatan yang diterima Babu. Begitulah Budha, pahit.



Sekarang, yang harus di pikirkan adalah bagaimana cara meminta maaf pada Neena. Tentu bukan hal mudah bagi orang ber ego tinggi seperti Budha. Hujan kemudian mempertemukannya kembali dengan Neena. Perbincangan yang terjadi seharusnya menjadi jalan bagi Budha untuk meminta maaf. Namun, susahnya minta ampun. Tapi perbincangan tersebut, membuat mereka lebih akrab. Dan hujan memang membawa berkah. Payung hitam yang selalu dipinjamkannya pada Neena, seolah-olah telah menjadi cupid yang membuat mereka lagi-lagi bertemu.

Budha adalah seorang lajang berusia 64 tahun yang tinggal dengan seorang ibu yang sudah sepuh. Nenek-nenek penyuka acara smackdown dan sex and the city, yang selalu menyuruh anaknya pergi ke Gym. Tapi anak satu-satunya itu tak pernah mau. Budha sang pemilik restoran dan juga seorang vegetarian, tak pernah absen makan masakan rumah buatan ibunya. Meski masakan sang ibu kerap ia cela. Ya, itulah cara Budha menunjukkan kasih sayangnya.

Satu lagi perempuan dalam hidup Budha, Sexy namanya. Tetangga sebelah, sekaligus sahabatnya. Gadis cilik pengidap leukemia yang kerap keluar masuk rumah sakit. Sexy lah teman curhat yang sering memberikan saran-saran yang lebih dewasa daripada usianya.



Dan Neena, ternyata adalah seorang wanita lajang yang cerdas, anggun, berpembawaan tenang dan pikiran dewasa yang mampu mengimbangi Budha, meski usianya jauh lebih muda, yaitu 34 tahun. Dengan kecerdasan kata-katanya pula, Neena mampu membuat Budha kembali mempekerjakan Babu.

Saat seseorang memuji restoran, sang Chef yang akan menerimanya. Dan saat ada yang mencela restoran pun, sang Chef yang seharusnya menerima. “Jadi, kenapa Babu yang harus pulang? Seharusnya kau yang pulang.” Begitulah Neena men skak mat Budha. Cerdas bukan?

Budha ibarat pria sugar free, yang sikapnya jarang sekali manis dan kehidupan percintaannya pun jelas jauh dari manis. Namun kehadiran Neena perlahan mempermanis hidupnya. Kecerdasan dan keanggunan Neena, mampu memikat Budha. Sedangkan kematangan Budha dan sikap to the point nya yang tanpa gombal-gombal, telah memesona Neena. Usia yang terpaut jauh, tak lantas jadi masalah. Budha dapat mengimbangi kecerdasan Neena dan Neena dapat menghadapi “kejudesan” Budha. Kalau dalam Islam mah, istilah nya sekufu gitu,hehehe..



Sama-sama cerdas, rasa ketertarikan ditunjukkan dan dibalas dengan cara yang tak biasa. Seperti ketika bagaimana Budha mengajak Neena berkencan, dan bagaimana Neena menjawabnya. Bagaimana Budha mengungkapkan cinta tanpa sepatahpun kata cinta, dan bagaimana Neena menerima nya tanpa mengucapkan kata “ya”. Serta cara Budha melamar Neena yang akan membuat wanita pecinta keromantisan berpikir pria macam apa yang melamar wanita dengan cara seperti ini. Tapi akan lebih heran lagi dengan cara simple Neena menerima lamarannya.

Sama-sama dewasa, ketika terjadi pertengkaran pun, tak pernah mereka biarkan berlarut-larut. Menit itu mereka cekcok, menit itu pula mereka menyelesaikan masalah. Mature banget.



Amithabh dan Tabu benar-benar cocok memerankan karakter-karakter dalam film ini. Chemistrinya dapet. Bagaimana ya caranya untuk menggambarkan keromantisan film ini? Ibarat masakan, film ini seperti masakan vegetarian. Biarpun tanpa daging, namun tetap lezat. Dan lagi, Amithabh memang masih terlihat gagah dan menarik. Saya pun bisa condong menjawab "ya", kalau tiba-tiba dia datang melamar,heuheu..

Kembali lagi pada jalan cerita, ketika Budha dan Neena akan mengutarakan niat mereka menikah pada ibunya Budha, ada kabar dari India bahwa ayah Neena sakit. Ibu Neena telah lama meninggal sejak Neena masih kecil. Maka Neena harus segera kembali ke India untuk merawat ayahnya. Kabar tersebut bertepatan dengan kambuhnya penyakit Sexy yang membuatnya harus di larikan ke rumah sakit.



Tak lama, Budha pun menyusul Neena ke India untuk melakukan lamaran resmi pada ayahnya, setelah mendapat “restu” dari Sexy. Cara-cara yang manis coba dia lakukan untuk mengutarakan maksud dan agar membuat ayah Neena terkesan. Dari mulai berkunjung ke rumah, mengikuti saat jogging, sampai memasakkan makanan untuk sang calon mertua. Namun selalu saja gagal menyampaikannya. Ketika akhirnya maksud tersampaikan, bisa di tebak, ayah Neena tentu tak setuju. Apalagi usia sang ayah lebih muda 6 tahun dari Budha. Apa kata dunia?

Ayah Neena sampai mogok makan untuk mencegah mereka berdua menikah. Bagaimana cara Budha membuat sang calon papa mertua merelakan putrinya? Yang jelas, bukan lagi dengan cara bermanis-manis. Namun dengan cara yang “Budha banget”. Cara membujuk yang sama sekali tanpa “gula”.

9 komentar:

  1. Ulasan yang bagus...
    Masukin ke Detikblog saja...! atau ke bagian ulasan film di Detik (sugan bisa), tinggal diperbaharui sedikit kayaknya...

    Emang bener, setau saya, film-film India yang dibintangi Tabu yang pernah saya tonton, jarang ada goyang pinggul, nyanyian, iindiaan (hehehe...), dsb...

    BalasHapus
  2. Wow, penggemar Tabu is in the house now! ^^

    Jarang (atau gak pernah ya?) berkunjung ke detik blog nih. Btw, kenapa harus ke detikblog?

    BalasHapus
  3. Wkwkwk...
    Sebenarnya abdi ge jarang ka Detikblog...
    Tapi kalau ada ulasan film di Detik, nyempetin baca...

    Tumben nggak nanya nama aslina? berarti tos terang nya abdi saha...!? Hehehe...

    BalasHapus
  4. Iya, itu di shoutbox ada. Ayi Rahmat ^^
    Punya blog?

    BalasHapus
  5. Naha da di shoutbox mah da teu aya arah83, ayana ge arahial, hehehe...

    Blog sempet bikin pas rame-ramena dulu, tapi teu dipelihara...males nulis...jsb. jadi weh ayeuna mah berkeliling berkunjung baca-baca ka blog-blog batur...

    BalasHapus
  6. Ada banyak cara untuk menganalisis, hingga bisa sampai pada kesimpulan bahwa arahial=arah83=Ayi Rahmat,hehe..

    Wah, sayang sekali. Hidupkan saja lagi blognya, bagaimana? biar saya juga ada kerjaan baca-baca ka blog "batur",xixixi..

    Blog saya ini juga sempat "tidur" 1 tahun. Trus, di geuingkeun deui deh :D

    BalasHapus
  7. Pinteeerrr...
    Pinter lah, Yulmi...

    Terlepas dari isi pernyataannya, biasanya ada penanda bahwa ini (itu) adalah Si A, walaupun tidak semuanya...
    CMIIW...

    Blog lama saya? Biarkanlah berlalu...

    BalasHapus
  8. Di shoutbox, ayi rahmat=arahial.
    Krn udah dapat nama asli, di cek lah via FB. Ternyata ada orangnya. Baca di bagian infonya, ada alamat email arah83@gmail.com. Pembuktian yang simple,hehe..

    Lagian kesamaan nama yg mengandung "arah", udah menunjukkan kecenderungan pada orang yang sama. xixixi..

    BalasHapus
  9. Iya, seperti saya bilang sebelumnya...biasanya ada suatu penanda bahwa 'ini (itu)' adalah Si A...

    Sebagai contoh, saya yang "meng-arah-kan", ataupun yang lainnya, bisa gaya bahasanya (kayaknya agak susah), gaya penulisannya, dsb. yang pada intinya dapat mengarah kepada Si A...
    CMIIW...

    BalasHapus

what's ur comment?