Kamis, Mei 26, 2011

Day #6 : Tentang Respek

Di sebuah rumah makan padang, dua orang teman sedang menikmati nasi dan ayam balado sambil menjadi pemirsa sebuah acara televisi yang berjudul Opera Van Java (OVJ). Seperti biasa, ciri khas OVJ adalah "merusak". Maksudnya merusak properti untuk lucu-lucuan. Kali ini ada adegan seorang wanita dracula yang di perankan Nunung, di dorong oleh suami nya (drakula pula) yang di perankan Andre, ke arah sebuah properti yang terbuat dari bahan styrofoam. Kontan saja properti tersebut langsung hancur ketika tubuh Nunung menimpanya. Nunung yang tersaruk jatuh, seketika memancing tawa penonton. Membahana lah seisi studio. Dan sepertinya tak jauh juga keadaannya dengan para pemirsa di rumah yang sedang memanteng chanel TV yang menayangkan OVJ.

Tertawa memang menyenangkan. Dan menyenangkan orang lain adalah ibadah. Begitu biasa nya yang di ucapkan para pelawak (yang kebanyakan slapstik) di televisi. Maka, menertawakan orang yang terjatuh adalah sebuah kesenangan yang menjadi ibadahnya para pelawak. Tapi, apakah istilah ibadah masih benar dalam konteks seperti itu?

Di lain sisi, siapa yang tak tahu acara OVJ yang tayang setiap hari selama 2 jam, dengan rating nya sedang tinggi-tingginya itu. Tayangan yang telah membuat populer Sule dan kawan-kawan, di tonton semua kalangan usia. Dari mulai kanak-kanak sampai dewasa (mungkin juga lansia). Dan merusak properti yang tadi nya adalah sebuah ketidak sengajaan, kemudian menjadi ciri khas tayangan ini. Yang akhirnya juga banyak di tiru acara-acara sejenis. Istilahnya, kalau tidak ada segmen rusak merusak properti yang rubuh akibat tertimpa pemain yang sengaja di dorong atau di jatuhkan, bukan OVJ namanya. Dan kalau tak salah pula, rating OVJ menanjak setelah insiden itu.

Memang, lawakan atau komedi slapstik sudah ada sejak jaman Srimulat dan Dono Kasino Indro. Dan kemasan tersebut tetap bertahan sampai pada generasi OVJ yang sekarang. Namun mungkin yang agak berbeda, Srimulat dan Warkop DKI tidak sebegitu intens nya hadir di rumah-rumah. Dulu, paling seminggu sekali hadir di televisi atau bahkan harus ke bioskop dulu.

Orang dewasa pemirsa OVJ, kebanyakan sudah mampu memilah situasi dan memilih pelajaran dari sebuah tayangan. Tapi bagaimana hal nya dengan anak-anak? Mereka adalah para peniru ulung! Dan kebiasaan yang tertanam sejak kecil, akan sulit hilang dan akan terbawa sampai dewasa.

OVJ tidak hanya mengajak tawa, tapi juga mengajarkan ketidak-respek-an. Ketika ada orang jatuh, di tertawakan. Bukannya di tolong. Bahkan sengaja di jatuhkan, agar kita bisa tertawa. Adegan-adegan (acting) seperti itu yang terlihat setiap hari, kemungkinan besar akan mempengaruhi perilaku anak di kehidupan nyata. Mereka akan terbiasa menertawakan teman yang terjatuh atau tertimpa kemalangan, ketimbang menolong nya. Semakin sering tertawa di atas kemalangan orang lain, buntutnya nanti, kemalangan orang lain akan menjadi sebuah hiburan tersendiri. Mungkin sekarang masih sebatas menertawakan hal-hal yang secara fisik. Tapi kalau sudah sampai membiasa, tak heran apabila kelak anak-anak itu dewasa, akan merasa senang melihat orang lain ketiban sial. Tak ada lagi respek. Adakah OVJ telah "merusak" hal lain di luar properti?

Lalu dua orang kawan yang sudah mulai tidak respek dengan acara OVJ tersebut, meninggalkan rumah makan padang dengan membawa perut kenyang. Masih sebatas kenyang karena nasi, bukan kenyang menertawakan kemalangan orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

what's ur comment?