Kamis, Desember 06, 2007

LONCENG HASNI

“Teng…! Teng…! Teng…! Teng…!”, lonceng pertanda istirahat itu terdengar nyaring, tepat pukul 9 pagi di SLB-C Cipaganti (Sekolah Luar Biasa untuk anak tunagrahita atau cacat mental). Bunyi lonceng bagi kita mungkin sudah biasa, tapi cerita di balik lonceng ini yang luar biasa…

Ternyata, seorang pria bernama Hasni lah yang membunyikan lonceng tersebut. Setiap hari pada jam-jam tertentu, ia berjalan ke ruang guru untuk melakukan rutinitas itu. Penuh Semangat…!.

Hasni yang berperawakan kecil dan telah memiliki gurat-gurat tua di keningnya, bukanlah seorang penjaga sekolah. Bukan pula salah seorang guru disana. Melainkan salah satu siswa yang selama 25 tahun ini, tetap betah tinggal di sekolah tersebut. Ya, pria ini masih seorang siswa!. “Dia disini sejak saya seusia kalian, sampai sekarang ketika saya sudah punya buntut (anak)”, ujar ibu Ana, Kepala Sekolah SLB-C Cipaganti.

Hasni yang kesehariannya tak pernah lepas menggendong ransel berwarna merah-hitam dan menenteng kantung plastik putih di tangan kirinya ini, selalu membunyikan lonceng setiap pukul 9 pagi dan pukul 11 siang. Hal ini ibarat tugas mulia dan sakral baginya. Siapapun yang berani menggantikan tugasnya, maka Hasni tidak segan-segan untuk mengejar orang itu dan memberikannya pelajaran.. “ Dia akan kejar sampai dapat!”, jelas ibu Ana. Para guru pun tidak ada yang berani mengusik tugas sakral ini. Mereka malah akan memanggil Hasni bila tiba saatnya lonceng untuk dibunyikan.

Siswa yang satu ini bukanlah orang yang kasar dan nakal, malah cenderung manja. Ketika dipukul temannya yang jauh lebih muda (berusia belasan), ia mengadu kepada orang yang ada disekitarnya. “Hu…,dipukul…” rengeknya. Semua tergantung pada bagaimana kita memperlakukannya. Kalau kita galak, maka dia pun akan bersikap yang sama.
Pria yang sudah memiliki banyak uban ini, seolah-olah sudah terikat dengan sekolah yang didirikan pada tahun 1927 tersebut. Orangtuanya sudah berkali-kali menjemput dan pernah membelikan rumah di daerah Sukajadi. Ditambah dengan menyewa seorang pengasuh. Tapi Hasni malah kabur. Dan dapat dipastikan, kemana lagi dia akan pergi kalau bukan ke tempat lamanya di asrama SLB-C.

Orang tua yang masih anak-anak ini berusia paling tua di sana. Bahkan para guru pun tidak ada yang lebih tua dari Hasni. Entah sejak kapan ia selalu membunyikan lonceng sekolah. Baginya, mungkin hal ini merupakan sebuah aktualisasi diri. Dimana dia merasa sangat dibutuhkan oleh orang lain untuk memberitahu mereka bahwa waktu istirahat telah tiba. Yang pasti, bila teman-teman berkunjung ke sana pada pukul 9 pagi atau11 siang, maka akan terdengar bunyi lonceng yang cukup nyaring. Yakinlah, Hasni yang membunyikannya. Karena kalau tidak, mungkin seseorang sedang sibuk dikejar atau diberi pelajaran oleh si pemukul lonceng. Jadi, jangan main-main dengan lonceng Hasni!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

what's ur comment?